Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vitamin D Membantu Mencegah Covid-19, Benarkah?

Kompas.com - 05/11/2020, 16:03 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 masih terus berlanjut dan entah kapan akan berakhir. Para ilmuwan masih terus melakukan penelitian mendalam terkait virus corona, termasuk soal obat dan vaksinnya.

Hal lain yang sedang diselidiki oleh peneliti adalah, apakah vitamin D dapat mengurangi risiko infeksi Covid-19 dan tingkat keparahan penyakitnya.

Meski beberapa penelitian terbaru menunjukkan adanya hubungan antara kadar vitamin D yang rendah dengan risiko yang lebih besar untuk terinfeksi virus corona, menurut para ahli hal tersebut belum cukup membuktikan bahwa vitamin D memang dapat melindungi tubuh dari virus corona.

Baca juga: Jangan Sepelekan 8 Tanda Tubuh Kekurangan Vitamin D

Seperti dikutip dari Live Science, satu studi yang telah diterbitkan 3 September di JAMA Network Open, menemukan bahwa risiko infeksi Covid-19 pada orang dengan kekurangan vitamin D hampir dua kali lebih tinggi daripada orang dengan tingkat vitamin Dyang cukup.

Sementara itu, studi lain, yang diterbitkan pada 27 Oktober di The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, menemukan bahwa pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit memiliki kadar vitamin D yang rendah dibandingkan dengan kelompok pasien yang tidak terinfeksi Covid-19.

Adrian Martineau, yang mempelajari infeksi pernapasan dan kekebalan di Queen Mary University of London, dan juga tidak terlibat dalam studi mengatakan, kaitan tersebut belum cukup membuktikan bahwa kekurangan vitamin D menyebabkan peningkatan risiko Covid-19.

"Tapi itu sugestif dan itu cukup mendorong melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada hubungan sebab-akibat yang sebenarnya," kata Martineau kepada Live Science.

Baca juga: Bagaimana Matahari Membantu Tubuh Membuat Vitamin D?

 

Ilustrasi virus corona (Covid-19)KOMPAS.com/NURWAHIDAH Ilustrasi virus corona (Covid-19)

Benarkah ada fek perlindungan?

Martineau mengakui, ada alasan untuk berhipotesis bahwa vitamin D dapat mengurangi risiko Covid-19.

Vitamin D telah terbukti meningkatkan respons sistem kekebalan terhadap virus dan mengurangi respons peradangan – di mana respons peradangan yang berlebihan menjadi ciri kasus Covid-19 yang parah,” katanya.

Menurut meta-analisis oleh Martineau, yang pertama kali diterbitkan pada tahun 2017 di jurnal BMJ dan telah diperbarui pada bulan Juli lalu di server pracetak medRxiv, suplementasi vitamin D mengurangi risiko infeksi saluran pernapasan akut secara umum dibandingkan dengan plasebo.

Namun, meta-analisis tersebut tidak memasukkan studi tentang Covid-19.

Baca juga: Peneliti Sebut Virus Corona Menyebar Lebih Cepat di Dalam Rumah

Selain itu, ada tumpang tindih antara kelompok orang dengan risiko kekurangan vitamin D yang lebih tinggi, seperti orang tua dan orang dengan kulit lebih gelap, dan mereka yang berisiko lebih tinggi untuk Covid-19.

Sebuah studi sebelumnya yang diterbitkan 6 Mei di jurnal Aging Clinical and Experimental Research, juga menemukan bahwa di 20 negara Eropa, semakin rendah tingkat vitamin D rata-rata, semakin tinggi tingkat kasus virus corona dan kematian untuk negara tertentu.

Namun, tidak semua penelitian menunjukkan efek perlindungan. Sebuah penelitian yang diterbitkan 7 Mei di jurnal Diabetes & Metabolic Syndrome tidak menemukan hubungan yang signifikan secara statistik, antara kadar vitamin D dan risiko Covid-19 - setelah para peneliti memerhitungkan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi risiko Covid-19.

Kaitan Vitamin D dan Covid-19

Dalam studi JAMA Network Open, para peneliti memeriksa hubungan antara kemungkinan kadar vitamin D dan risiko Covid-19 pada 489 orang yang melakukan tes Covid-19 di University of Chicago Medicine antara 3 Maret hingga 10 April dan yang kadar vitamin D nya telah diukur pada tahun sebelumnya.

Para peneliti studi menemukan, risiko positif Covid-19 pada orang yang kadar vitamin D-nya kurang (pasien dengan vitamin D rendah pada tes terakhir mereka dan yang tidak mengubah pengobatan mereka) adalah 1,77 kali lebih besar daripada pasien yang kadar vitamin D-nya cukup.

Demikian menurut analisis para peneliti, yang memerhitungkan perbedaan lain antara kedua kelompok yang dapat memengaruhi risiko Covid-19.

Baca juga: Penuhi Kebutuhan Vitamin D Bisa Jaga Imunitas Tubuh, Kok Bisa?

Berbeda lagi dengan studi Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism yang membandingkan kadar vitamin D dari 216 pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 di University Hospital Marqués de Valdecilla di Santander, Spanyol, dari 10 Maret hingga 31 Maret dengan kelompok kontrol 197 pasien yang mendapatkan vitamin D.

Dari pasien Covid-19, 82% mengalami kekurangan vitamin D dibandingkan dengan 47% pasien kontrol, perbedaan yang bermakna secara statistik.

Kekuatan studi University of Chicago adalah, kadar vitamin D diukur sebelum tes Covid-19 pasien, sedangkan pada penelitian di Spanyol, tingkat vitamin D pasien diukur setelah mereka dinyatakan positif Covid-19.

"Sulit membedakan mana lebih dulu ayam atau telurnya. Dengan kata lain, virus corona mungkin menyebabkan rendahnya vitamin D atau mungkin meningkatkan risiko," kata Martineau.

“Karena penelitian University of Chicago bersifat observasional - peserta tidak ditugaskan secara acak untuk mengonsumsi vitamin D atau tidak - tetapi itu tidak membuktikan bahwa kekurangan vitamin D meningkatkan risiko Covid-19,” lanjutnya.

Baca juga: 15 Masalah Kesehatan yang Bisa Memperparah Gejala Virus Corona

 

Ilustrasi tes Covid-19, deteksi Covid-19, pengujian virus corona.Shutterstock Ilustrasi tes Covid-19, deteksi Covid-19, pengujian virus corona.

Senada dengan Martineau, Dr. David Meltzer, peneliti Universitas Chicago yang memimpin penelitian di sana mengatakan, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D menyebabkan Covid-19.

Mengacu pada studinya dan hubungan lain antara vitamin D dan risiko Covid-19, menurutnya mungkin saja orang yang sakit secara umum lebih cenderung memiliki kadar vitamin D yang rendah.

Untuk mencoba menjawab pertanyaan ayam-dan-telur, Martineau memimpin penelitian di mana peserta secara acak mengambil dosis vitamin D yang berbeda, kemudian diikuti untuk melihat apakah mengonsumsi lebih banyak vitamin D mengurangi risiko atau keparahan Covid-19.

Baca juga: Bukti Baru, Vitamin D Turunkan Risiko Kematian pada Covid-19

Hingga saat ini studi masih berlangsung. Sementara itu, haruskah orang mulai mengonsumsi suplemen?

Martineau merekomendasikan untuk mengonsumsi suplemen, tetapi hanya bagi mereka yang belum memenuhi pedoman untuk memenuhi kebutuhan vitamin D harian dari makanan.

Menurut National Institutes of Health Office of Dietary of Dietary Supplements, asupan vitamin D harian yang direkomendasikan adalah 600 unit internasional (IU) untuk orang dewasa hingga usia 70 dan 800 IU untuk orang dewasa berusia 71 tahun ke atas,

"Rekomendasi saya adalah mengikuti saran itu, karena sudah mapan bahwa ini akan bermanfaat bagi tulang dan otot, selain itu ada kemungkinan dan peluang bagus, bahwa itu mungkin juga memiliki beberapa manfaat melawan virus corona, meski belum terbukti pasti," Kata Martineau.

Martineau menekankan, ia tidak merekomendasikan orang untuk mulai mengonsumsi vitamin D dengan dosis yang lebih tinggi, jika belum ada lebih banyak data terkait dosis vitamin D dan risiko Covid-19.

Baca juga: Studi Awal, Vaksin Flu Dapat Kurangi Infeksi Virus Corona Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com