Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti LIPI Ubah Warna Biru Lampu LED Jadi Kuning Bermodal Gula Pasir, Kok Bisa?

Kompas.com - 06/09/2020, 17:01 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Siapa sangka jika gula bisa menghasilkan warna lampu hias yang unik. Seperti yang dilakukan para peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang berhasil mengubah warna lampu LED hanya bermodalkan gula pasir.

Peneliti bidang Laser-Optik di Pusat Penelitian Fisika LIPI, Isnaeni saat dihubungi Kompas.com, Minggu (6/9/2020) mengatakan riset ini berkaitan dengan pemanfaatan carbon dot atau titik karbon.

Dalam makalah penelitian yang telah diterbitkan di AIP Conference Proceedings ini, carbon dot adalah sejenis partikel nano fluoresen yang memiliki sifat kelistrikan yang unik.

"Kebetulan riset tentang carbon dot ini adalah riset yang murah, karena bisa menggunakan bahan apa saja, termasuk limbah domestik," ungkap Isnaeni.

Baca juga: Efektif Hilangkan Corona di Udara, Ilmuwan Kembangkan LED Ultraviolet

 

Penelitian berjudul Color Conversion of Caramelized Sugar Carbon Dots Using Blue and Green Light Emitting Diodes ini hanya menggunakan beberapa bahan dengan harga yang murah untuk membuat lampu hias.

Isnaeni mengungkapkan teknik ini sebenarnya bukan ide baru. Sebab, riset tentang carbon dot sudah dilakukan selama lima tahun.

"Dari awal sudah kepikiran kalau ini bisa dijadikan sebuah aplikasi menarik, yakni carbon dot dan LED sebagai lampu hias," ungkap Isnaeni.

Baca juga: LIPI Selesaikan Uji Klinis Imunomodulator Herbal untuk Pasien Covid-19

 

Carbon dot atau titik karbon telah diaplikasikan ke berbagai hal yang menarik. Bahkan, ada banyak riset yang telah dilakukan para peneliti di sejumlah negara menggunakan aplikasi ini.

Gula pasir dan LED Rp500 perak

Isnaeni dan timnya hanya menggunakan gula pasir biasa, microwave dan lampu LED berwarna biru dan hijau seharga Rp500-an.

Lebih lanjut Isnaeni menjelaskan gula pasir sebelumnya dibuat menjadi karamel. Dalam karamel tersebut terdiri beberapa material titik karbon (carbon dot).

"Selanjutnya (karamel) diletakkan di atas LED biru. Hasilnya, warna biru LED tersebut menjadi kuning yang menarik," jelas Isnaeni.

Ilustrasi lampu hias LED. Peneliti LIPI mengubah warna lampu LED hanya dengan menggunakan karamel dari gula pasir.SHUTTERSTOCK/seramo Ilustrasi lampu hias LED. Peneliti LIPI mengubah warna lampu LED hanya dengan menggunakan karamel dari gula pasir.

Peneliti mensintesis titik karbon dari gula dan menggunakannya sebagai bahan untuk mengubah warna dioda pada lampu LED.

"Kami menemukan titik karbon hasil sintesis tersebut mengubah warna biru LED menjadi warna emisi putih dan kuning," kata peneliti dalam makalahnya.

Kendati demikian, saat mengubah warna LED hijau menggunakan carbon dot tidaklah mudah. Sebab, peneliti hanya dapat mengubah emisi hijau menjadi emisi kuning saja.

"Kami menggunakan diagram warna CIE 1931 untuk mengukuir dan menunjukkan konversi warna pada carbon dot," jelas penulis.

Baca juga: Terkontaminasi Bakteri Listeria Ternyata Jamur Enoki Kaya Nutrisi, LIPI Jelaskan

 

Spektrum warna yang diubah, menurut para peneliti, bergantung pada beberapa faktor.

Di antaranya seperti panjang gelombang emisi LED, panjang gelombang emisi karamel, ketebalan atau massa lapisan karamel di permukaan LED, serta energi yang dikeluarkan LED.

Oleh sebab itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dampak kuantitatif dari faktor-faktor tersebut dalam mengkonversi spektrum emisi.

"Riset (carbon dot dengan gula pasir dan LED) ini bisa dikembangkan menjadi ide usaha rumahan lampu hias atau lainnya," imbuh Isnaeni.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com