Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jika Bukan Merah, Sebenarnya Apa Warna Matahari?

KOMPAS.Com -  Ada orang yang mengatakan bahwa Matahari itu berwarna kuning, atau oranye atau bahkan merah. Namun, ternyata selama ini adalah kesalahpahaman umum.

Pada dasarnya matahari adalah semua warna yang bercampur, yang mata kita tangkap warna matahari sebagai warna putih. Ini mudah dilihat dalam gambar yang diambil dari luar angkasa.

Jadi, sebenarnya apa warna matahari kita?

Pelangi berasal dari cahaya matahari yang dipisahkan menurut warnanya. Warna dalam pelangi, yang terdiri dari merah, oranye, kuning, hijau, biru, dan ungu memiliki panjang gelombang yang berbeda.

Merah adalah warna dengan gelombang terpanjang, sedangkan warna biru yang terpendek.

Saat kita melihat Matahari terbit atau terbenam, saat sedang rendah di langit, mungkin tampak kuning, jingga, atau merah.

Tapi itu hanya karena warna panjang gelombang pendeknya yakni hijau, biru dan ungu dibiaskan oleh atmosfer bumi, seperti gelombang kecil yang disebarkan oleh bebatuan besar di sepanjang pantai.

Itulah alasan mengapa hanya warna merah, kuning, dan jingga yang menembus atmosfer tebal ke mata kita.

Ketika Matahari berada tinggi di langit, gelombang yang lebih pendek, terutama biru, menyerang molekul udara di atmosfer bagian atas memantul dan menyebar. Hal itu yang menjelaskan mengapa langit tampak biru.

Beberapa orang berpikir bahwa pancaran matahari dalam cahaya tampak mencapai puncaknya jika berwarna kuning. Namun, puncak pancaran Matahari yang sebenarnya justru dalam warna hijau.

Jadi mengapa gambar matahari terkadang hijau, biru, merah, atau oranye?

Mengutip Stanford Solar Center, Rabu (26/08/2020), dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa sebenarnya semua bentuk cahaya dan energi adalah bagian dari fenomena yang sama.

Fenomena tersebut disebut dengan Spektrum Elektromagnetik. Mata manusia hanya mendeteksi sebagian kecil dari energi tersebut, bagian yang biasa disebut "cahaya tampak."

Gelombang radio, sinar-X, gelombang mikro, sinar gamma, dan lainnya memiliki panjang gelombang yang lebih panjang atau lebih pendek daripada cahaya tampak, tetapi fenomena yang lain sama.

Instrumen ilmiah terkadang dapat mendeteksi cahaya yang tidak dapat dideteksi oleh mata. Ketika orang ingin melihatnya, contohnya gambar sinar-X atau ultraviolet, mereka perlu mewarnainya dengan sesuatu yang dapat dideteksi oleh mata kita.

Para ilmuwan memutuskan untuk memilih warna cerah, warna yang tidak akan pernah tertukar dengan memandang Matahari dalam cahaya putih. 

Dengan begitu, kita tahu dari melihat gambar matahari hijau neon atau merah terang bahwa gambar itu sebenarnya diambil dalam beberapa versi cahaya yang tidak terlihat seperti ultraviolet atau sinar-X ekstrem.

Hal tersebut sulit untuk banyak orang, bahkan ilmuan, untuk menerima bahwa matahari sebenarnya hanya berwarna putih. 

Jadi,terkadang mereka mewarnai gambar matahari yang diambil dalam cahaya tampak atau "putih" agar lebih terlihat seperti yang diharapkan.

Terkadang warna tampilan warna matahari ditentukan oleh budaya. Jika anak taman kanak-kanak di AS mewarnai gambar matahari, mereka biasanya membuatnya menjadi kuning.

Namun, anak TK di Jepang biasanya akan mewarnainya dengan warna merah. Terlepas dari "lisensi artistik", warna Matahari adalah benar-benar putih.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/08/26/203100723/jika-bukan-merah-sebenarnya-apa-warna-matahari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke