Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr M Subhan SD
Direktur PolEtik Strategic

Direktur PolEtik Strategic | Founder Mataangindonesia Social Initiative | msubhansd.com | mataanginsaguling.com

Hikmah Ramadhan: Cara Beragama Orang Berilmu, Teladan Imam Malik dan Imam Syafii

Kompas.com - 12/05/2021, 12:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Setelah pekerjaannya selesai, Syafi’i mendapatkan beberapa ikat buah anggur sebagai imbalan atas bantuan yang diberikannya. Syafi’i senang sekali.

Peristiwa itu akan digunakannya sebagai bukti kebenaran argumentasi pendapatnya tentang rezeki. Kalau tidak berusaha membantu orang memanen anggur, mana mungkin mendapatkan buah anggur.

Buru-buru ia pulang ingin segera membuktikan kebenaran pendapatnya pada sang guru.

Ketika ia tiba kebetulan sang guru sedang duduk santai. Syafi’i meletakkan buah anggur yang dibawanya itu. Lalu berceritalah ia kepada sang guru tentang peristiwa yang baru saja dialaminya.

Baca juga: Hikmah Ramadhan: Nuzulul Quran dan Turunnya Wahyu Pertama

“Kalau saya tidak keluar dan tidak membantu memetik anggur, pasti anggur ini tidak saya dapatkan,” ujar Syafi’i mempertegas argumentasinya. Sang guru tersenyum saja.

Lalu mengatakan, “Seharian ini aku tidak keluar. Hanya mengambil tugas sebagai guru. Sedikit membayangkan alangkah nikmatnya jika di hari panas ini aku bisa menikmati anggur. Tiba-tiba engkau datang sambil membawa anggur untukku. Bukankah ini juga bagian dari rezeki yang datang tanpa sebab?”

“Cukuplah dengan tawakal, niscaya Allah akan memberikan rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, biarkan Allah yang mengurus lainnya,” kata imam Malik.

Guru dan murid akhirnya sama-sama tertawa. Baik Imam Malik maupun Imam Syafi’i sama-sama memiliki argumentasi yang kuat dan sama-sama dapat membuktikan pendapat masing-masing.

Tidak ada yang merasa paling benar, dan tidak juga menyalahkan pihak lain. Mereka malah dapat mengambil hukum berbeda berdasarkan acuan yang sama. Begitulah karakter orang-orang berilmu.

Rasanya jauh sekali dengan kondisi sekarang ini, ketika banyak orang merasa paling benar, lalu menuding-nuding orang lain yang salah. Seakan-akan perspektifnya sendiri yang paling benar. Sebaiknya, belajarlah dari kisah dua ulama besar itu! (M Subhan SD)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Ramadhan
Ramadhan Momentum Mengenalkan 'Halal Lifestyle' bagi Anak

Ramadhan Momentum Mengenalkan "Halal Lifestyle" bagi Anak

Ramadhan
Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Ramadhan
'Ekspedisi Batin' Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

"Ekspedisi Batin" Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

Ramadhan
Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Ramadhan
Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan
Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Ramadhan
Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan
Merengkuh Kemenangan Sejati

Merengkuh Kemenangan Sejati

Ramadhan
Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Ramadhan
Keistimewaan Puasa Ramadhan

Keistimewaan Puasa Ramadhan

Ramadhan
Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Ramadhan
Mudik Berkemajuan

Mudik Berkemajuan

Ramadhan
Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Ramadhan
Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Ramadhan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
icon-calculator

Kalkulator Zakat

Rp.
Rp.
Rp.
Minimal Rp6.644.868 per bulan
ornament calculator
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com