KETIKA kaum Muhajirin hijrah ke Madinah (sebelumnya bernama Yastrib) sekitar tahun 622, situasinya tidak mudah. Memang mendapat sambutan kaum Anshar, tetapi namanya imigran tentu menghadapi sejumlah masalah di tempat baru.
Tidak mudah juga untuk beradaptasi. Misalnya, orang Yahudi penduduk Madinah kerap mengganggu atau mengejek. Bahkan penduduk Madinah pun ada saja yang tidak puas, merasa tersaingi dengan kehadiran Muslim dari Mekkah itu.
Belum lagi pada bulan-bulan awal itu di Madinah tengah dilanda wabah. “Ketika kami tiba di Madinah, kota tersebut dilanda wabah penyakit yang serius,” kata Aisyah.
Baca juga: Hikmah Ramadhan: Piramid, Tempat Firaun Melihat Tuhan?
Suatu hari Aisyah menemukan ayahnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq dan mantan budak, Bilal bin Rabah berbaring di tanah. Mereka mengerang kesakitan karena mengalami demam tinggi.
Bilal yang berbaring di pojok bahkan bersenandung kesakitan mengekspresikan kerinduan pada Mekkah.
Akankah kualami lagi semalam di Fakhkh
Dengan tanaman dan rempah-rempah di sekelilingku?
Akankah hari menjelang fajar ketika kuturuni perairan Majanna
Akankah pernah kulihat Syama dan tafil lagi?
Karen Armstrong (2001) yang mengutip syair itu dari sejarawan Ibnu Ishaq (704-768/85-151 H) menyebutkan tempat-tempat yang dirindukan itu. Fakhkh adalah sebuah tempat di luar kota Mekkah.
Majanna adalah pasar di bagian bawah kota. Syam dan Tafil adalah gunung di Mekkah. Sejumlah sahabat mengadukan kondisi yang dialami kaum Muslim itu pada Nabi Muhammad SAW.
Baca juga: Hikmah Ramadhan: Antara Mudik 2021 dan Prokes di Zaman Nabi Muhammad SAW
Begitu juga Aisyah mengadukan hal sama. Nabi menenangkan Aisyah.
Nabi kemudian berdoa, “Ya Allah jadikanlah kami semua agar tetap mencintai kota Madinah, sebagaimana yang Engkau anugerahkan perasaan cinta kepada kota Mekkah, bahkan lebih dari itu. Limpahkanlah kemakmuran pada kota ini dan berkatilah kepada kami makanan yang terdapat di dalamnya,… Jauhkanlah penyakit dari kota Madinah ke daerah Juhfah. (HR Muslim).
Juhfah terletak di barat daya Madinah dan barat laut Mekkah.
Nabi menyayangi Madinah. Nabi tidak pergi ketika ada wabah penyakit di kota itu. Keputusan seperti itu juga yang ditaati para sahabat.