JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, bisnis dan industri properti memiliki prospek cerah pada masa mendatang, karena dampak dan keterkaitannya yang sangat besar terhadap perekonomian Nasional.
"Nilai tambahnya tinggi, khususnya bagi sektor manufaktur. Selain jasa konsultansi, sekitar 70-80 persen kegiatan sektor properti atau real estate didukung oleh sektor manufaktur," ujar Agus kepada Kompas.com, saat penganugerahan PropertyGuru Indonesia Property Awards 2023, Jumat (14/9/2023).
Agus menambahkan, sektor manufaktur yang mendukung sektor properti tersebut antara lain industri semen, baja, keramik, cat, dan lain-lain yang saling memengaruhi, dan tarik menarik.
Baca juga: Jepang Makin Agresif di Sektor Properti, tetapi Tak Seluruhnya Mulus
"Jadi, kalau properti bagus, maka ekonomi Nasional juga akan tumbuh positif dengan baik," imbuhnya.
Agus optimistis, pertumbuhan sektor properti akan pesat dalam beberapa tahun ke depan. Jika tahun ini mencapai 60 miliar dollar AS, sepuluh tahun ke depan diproyeksikan berada pada angka 80 miliar dollar AS.
Ekspektasi penambahan 20 miliar dollar AS ini adalah angka moderat. Dia memperkirakan penambahannya dalam satu dekade mendatang akan lebih dari 20 miliar dollar AS.
Agus memastikan, Pemerintah akan terus memperhatikan sektor properti, terutama untuk kelas masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan berbagai sejumlah insentif.
Baca juga: Potensi Kerja Sama Proyek IKN antara RI-Jepang, Bendungan hingga Properti
Sementara untuk properti komersial, Agus meyakini para pengembang Nasional akan membangun secara profesional dengan memperhatikan hukum permintaan (demand), dan penawaran (supply).
Presiden Direktur PT Summarecon Agung Tbk Adrianto P Adhi menambahkan, sektor properti yang telah mengalami pertumbuhan pesat pasca-pandemi Covid-19 berkontribusi sebesar 14-16 persen terhadap PDB Nasional yang diikuti dengan spillover effect kepada 185 sektor lainnya.
"Sebelumnya hanya 2,3-2,7 persen, ini membuktikan bahwa sektor properti sangat berperan besar. Ke depan kami optimistis industri properti akan kembali menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi Indonesia," ucap Adrianto.
Menurut penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) 2023 industri properti dan efek penggandanya selama periode 2018-2022 menghasilkan pendapatan pajak pusat sekitar Rp185 triliun per tahun atau setara 9,26 persen dari total penerimaan pajak pemerintah pusat.
Oleh karena itu, Adrianto berharap properti diapresiasi sebagai industri yang ikut membangun Indonesia. Ketika semua stakeholder mengapresiasi properti sebagai generator ekonomi oleh masyarakat, pengembang, dan pemerintah sebagai regulator, akan menjadi nilai tambah dan menguntungkan untuk ekonomi Indonesia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.