Di antaranya pengemudi bus kota rute Tanahabang-Jatiasih yang terkena serangan jantung sehingga menyebabkan kecelakaan di Tol Cawang arah Bekasi pada tahun 2012.
Kemudian pengemudi bus AKAP rute Jakarta-Malang yang ditemukan sudah meninggal saat sedang istirahat tidur di busnya sekitar tahun 2012 juga.
Terbaru tahun lalu seorang pengemudi bus AKAP rute Jakarta-Blitar meninggal di rumah makan di wilayah Ngawi Jawa Timur saat busnya sedang istirahat, dan yang bersangkutan ditemukan sudah tidak bernyawa di meja makan.
Kondisi ini diperparah jarang adanya pemeriksaan kesehatan berkala, terutama dari pihak regulator, terhadap kru bus.
Tidak seperti awak kendaraan lain baik kereta api, pesawat, maupun kapal laut yang secara berkala diperiksakan kesehatannya. Pemeriksaan kesehatan kepada awak bus biasanya hanya terjadi ketika menjelang masa mudik.
Dengan demikian, seharusnya ada pemeriksaan berkala kepada awak bus baik bus kota, AKDP, AKAP, maupun Transjakarta.
Hal ini untuk meminimalisasi adanya penyakit yang diderita awak bus, terutama penyakit yang mungkin membahayakan perjalanan seperti serangan jantung.
Sejatinya, kecelakaan tabrakan tadi pagi bisa dicegah, jika Transjakarta kembali menghidupkan layanan petugas onboard atau petugas layanan bus (PLB)
Petugas onboard bisa menjadi pihak pertama yang menolong korban. Atau menjadi pihak yang bisa memberi kesaksian kepada penyidik laka lantas, sehingga penyebab kecelakaan bisa terungkap.
Namun, Transjakarta sudah mengurangi PLB atas dasar peningkatan pelayanan. PLB ini dipindahkan menjadi petugas layanan halte (PLH).
Langkah ini menurut penulis kurang tepat, karena layanan inti Transjakarta sebenarnya adalah saat bis berjalan.
Keberadaan petugas onboard selain melayani penumpang, juga bisa sebagai petugas yang menjalankan mekanisme kontrol, baik jika ada pelanggaran oleh pramudi, maupun pihak lain.
Bahkan kelebihan Transjakarta dibandingkan moda transportasi lain adalah adanya petugas onboard.
Petugas onboard Transjakarta sejak tahun 2015 sudah memiliki kualitas layanan yang jauh lebih baik dibandingkan masa sebelumnya.
Ketiadaan onboard menimbulkan kerawanan sendiri, bukan hanya terkait naik turun penumpang, tapi juga terkait dengan kondisi dalam perjalanan.