Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekurangan Murid, Korea Selatan Rekrut Pelajar Indonesia untuk Isi Sekolah

Kompas.com - 12/04/2024, 14:46 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

“Karena biasanya ceritanya dijanjikan, diiming-imingi dulu di Indonesia, pas sampai di negara tujuan, ternyata tidak sesuai ekspektasi,” ujar Fitri.

Namun, niat Nuno yang ingin “belajar” dan “mengubah perekonomian keluarga” lama-lama membuat Fitri luluh dan akhirnya mengizinkan anaknya untuk pergi mengecap pendidikan di Korea Selatan.

“Nuno ingin membahagiakan oma-opanya, bundanya, dan adiknya,” ujar perempuan berusia 42 tahun itu.

Baca juga: Situasi RS di Korea Selatan Lebih Buruk dari Klaim Pemerintah?

Menjalani hidup yang berbeda

Kini, rutinitas sehari-hari Nuno, sebagai siswa sekolah maritim di Korea Selatan, menjadi lebih padat. Jam sekolahnya dimulai pada pukul 08.30 pagi dan berakhir pada pukul 08.30 malam. Pelajaran yang dia dapat pun lebih banyak dibandingkan di Indonesia.

Di SMK Bahari biasanya dia mendapatkan 7-8 mata pelajaran, tetapi di sekolah barunya ada 12 mata pelajaran.

“Di Indonesia itu, misalnya Bahasa Indonesia dua jam sekian, lalu Bahasa Inggris satu jam sekian, di sini tiap jam itu berganti terus pelajarannya. Jadi, banyak banget mata pelajarannya,” tuturnya.

Dia mengikuti pelajaran di kelas, bersama siswa-siswa lokal, sampai pukul 01.30 siang. Setelah itu, mereka mengikuti kelas khusus Bahasa Korea sampai malam.

Menurut penuturan Nuno, jam sekolah para siswa lokal pun sama dengan mereka. Namun karena keterbatasan bahasa, para siswa internasional harus ‘pindah’ ke kelas Bahasa Korea supaya lebih fokus mempelajari bahasa.

Setelah jam sekolah selesai, Nuno masih melanjutkan belajar Bahasa Korea di asrama. Dia selalu meluangkan waktu sebentar untuk mempelajari kembali materi yang dia dapatkan di kelas agar cepat lancar berbahasa Korea.

“Pas awal saya mengeluh capek banget, tapi sekarang sudah terbiasa. Enjoy saja, sih. Biarlah Tuhan yang atur, saya ikut-ikut saja,” kata Nuno sambil tertawa kecil.

Meski rutinitas barunya begitu padat, Nuno mengaku masih punya waktu luang ketika hari libur untuk pergi jalan-jalan bersama teman-temannya.

Nantinya, di waktu luang, dia berharap bisa mengunjungi Namsan Tower di Seoul dan Pulau Dokdo, yang berada di timur Korsel.

Mimpi dan ambisi

Meski usianya baru 16 tahun, Nuno terdengar begitu fasih dan yakin ketika menjabarkan hal-hal yang ingin dia capai di sekolahnya yang baru.

Di kelas dua nanti, dia mengincar jurusan navigasi atau teknik mesin. Dia berharap nilainya cukup untuk masuk ke salah satu jurusan itu dan nantinya bisa bekerja di kapal.

“Untuk posisi yang kukejar di kapal itu di bagian mesin atau bagian navigasi. Di bagian navigasi itu dia yang kayak teman kapten, untuk yang di mesin itu tugasnya untuk melihat kelayakan mesin,” ujarnya.

Nuno akan bersekolah selama tiga tahun di Sekolah Menengah Meister Maritim Korea. Setelah lulus dia berencana mengambil sertifikat kejuruan lainnya untuk memperkaya keahlian, seperti yang diharapkan pemberi beasiswa.

Baca juga: Korea Selatan Tempatkan Satelit Mata-mata Kedua ke Orbit

Namun, sertifikasi itu tidak masuk dalam program beasiswa, katanya.

Total, Nuno akan mendapatkan manfaat beasiswa selama empat tahun. Satu tahun setelah lulus nanti, dia diberi kesempatan untuk bekerja di Dongwon Industries, perusahaan yang bekerja sama dengan pemerintah Korsel, yang membiayai beasiswa empat siswa Indonesia.

Dalam situs resminya, Dongwon Industries mengeklaim perusahaannya sebagai pemimpin industri perikanan Korea.

“Sepertinya kontrak setahun. Kata Dongwon, kalau memang kamu cocok di sini, nanti akan dibantu perpanjangan kontrak. Saya berharap bisa perpanjang kontrak di Dongwon biar bisa bantu-bantu orang tua juga, enggak membebankan orang tua,” ucap Nuno menyampaikan harapannya.

Kepala Departemen Operasi di Sekolah Menengah Meister Maritim Korea, Jo Jun-seop, mengatakan Dongwon Industries menjanjikan dukungan finansial, tetapi “tidak akan memaksa” mereka untuk bergabung dengan perusahaan setelah lulus.

“Selama proses konsultasi dengan Dongwon Industries, kami sepakat bahwa tidak masuk akal untuk menetapkan ketentuan wajib kerja bagi anak di bawah umur,” kata Jo kepada BBC Korea.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com