Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Kompas.com - 13/05/2024, 17:08 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber Reuters

GAZA, KOMPAS.com - Dua anak kakak adik bersila di atas pasir mengikuti pelajaran di sebuah tenda di dekat Khan Younis, Gaza, belum lama ini.

Mereka terhubung secara daring ke sekolah di Tepi Barat dari Kairo.

Seorang profesor di Jerman telah membantu para pelajar Palestina untuk terhubung dengan universitas-universitas di Eropa.

Baca juga: Israel Buka Penyeberangan Baru ke Gaza Utara untuk Jalur Bantuan

Setelah menyaksikan sekolah dan universitas mereka ditutup, rusak, atau hancur akibat serangan Israel, anak-anak di Gaza yang mengungsi di dalam dan di luar wilayah itu melakukan apa yang mereka bisa untuk memulai kembali proses belajar.

"Kami menerima murid-murid baru dan masih banyak yang mengantre," kata Asmaa al-Astal, seorang guru sukarelawan di sekolah tenda di dekat pantai di al-Mawasi, yang dibuka pada akhir April lalu.

Daripada membiarkan anak-anak kehilangan satu tahun penuh sekolah karena berlindung dari pengeboman Israel, para sukarelawan berkomitmen akan membersamai mereka.

"Kami akan membawa anak-anak ke sini, dan kami akan mengajar mereka," katanya, sebagaimana diberitakan Reuters.

Warga Gaza bersedih konflik antara Israel dan Hamas telah menyebabkan kerusakan pada sistem pendidikan mereka.

Gaza dan Tepi Barat yang diduduki Israel sebenarnya memiliki tingkat melek huruf yang tinggi secara internasional. Tetapi, blokade Israel terhadap daerah kantong Palestina di pesisir dan konflik yang terus berlanjut menyebabkan penyediaan layanan pendidikan menjadi rapuh dan kekurangan sumber daya.

Sejak perang Hamas-Israel dimulai pada 7 Oktober, sekolah-sekolah telah dibom atau dijadikan tempat penampungan bagi para pengungsi, sehingga sekitar 625.000 anak usia sekolah di Gaza tidak dapat menghadiri kelas.

Baca juga: Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Menurut data resmi Palestina, seluruh dari 12 institusi pendidikan tinggi di Gaza telah hancur atau rusak, menyebabkan hampir 90.000 mahasiswa terlantar, dan lebih dari 350 guru dan akademisi terbunuh.

"Kami kehilangan teman, kami kehilangan doktor, kami kehilangan asisten dosen, kami kehilangan profesor, kami kehilangan banyak hal dalam perang ini," kata Israa Azoum, seorang mahasiswa kedokteran tahun keempat di Universitas Al Azhar di Kota Gaza.

Azoum kini menjadi sukarelawan di rumah sakit Al Aqsa di kota Deir al-Balah untuk membantu para staf yang kewalahan menangani gelombang pasien. 

Ia mengaku keterlibatannya juga karena tidak ingin kehilangan hubungan dengan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari.

"Saya tidak pernah merasa lelah karena inilah yang saya sukai. Saya suka kedokteran, saya suka bekerja sebagai dokter, dan saya tidak ingin melupakan apa yang telah saya pelajari," katanya.

Halaman:
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com