Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wahyu Suryodarsono
Tentara Nasional Indonesia

Indonesian Air Force Officer, and International Relations Enthusiast

Ketidakadilan Hak Veto dan Reformasi Dewan Keamanan PBB

Kompas.com - 19/03/2024, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Skema pertama, yaitu penambahan enam anggota tetap baru dan tiga anggota tidak tetap baru dengan total berjumlah 24 kursi.

Sedangkan skema kedua, yaitu penambahan delapan kursi baru di luar kelompok yang sudah ada, yang menjabat selama empat tahun dan dapat diperpanjang, ditambah tambahan satu kursi tidak tetap, dengan total yang sama sejumlah 24 kursi.

Jeffrey Sachs, ekonom dari Columbia University pada 2015 di Davos menyatakan bahwa kurangnya keterwakilan di Asia menimbulkan ancaman serius terhadap legitimasi PBB, seiring dengan semakin pentingnya peran kawasan tersebut serta kepadatan penduduknya di dunia.

Kelima anggota tetap DK PBB (disebut Permanent-5/P-5) memiliki posisi yang berbeda terkait hal ini.

AS pada prinsipnya mendukung keanggotaan tetap Jepang dan India sebagai perwakilan dari Asia, serta tambahan sejumlah kecil negara anggota tidak tetap.

Inggris dan Perancis pada dasarnya mendukung posisi G4 sebagai negara anggota tetap dan lebih banyak negara Afrika sebagai bagian dari anggota tidak tetap.

China dan Rusia mendukung perwakilan negara-negara berkembang dan pernah menyuarakan dukungan kepada India untuk duduk sebagai bagian dari anggota tetap DK PBB.

Sekjen PBB Antonio Guterres, juga sempat mencanangkan reformasi DK PBB yang mencakup dalam lima isu: kategori keanggotaan, status hak veto, perwakilan regional, penambahan anggota tetap dan metode kerjanya, serta hubungan DK-PBB dengan Majelis Umum.

Namun kini, isu mengenai hak veto dan reformasi DK PBB tampaknya sudah keluar dari urgensinya, sehingga menjadi hal yang non-issue.

Keterlibatan negara yang termasuk dalam P-5 maupun proksinya menunjukkan bahwa hak veto dapat digunakan secara sewenang-wenang sesuai kepentingan negara-negara tersebut dan bukan lagi kepentingan anggota PBB secara keseluruhan.

Sebagai contoh, DK PBB nyatanya tidak mengeluarkan resolusi pada sebagian konflik besar di era Perang Dingin akibat adanya hak veto, seperti pada waktu invasi negara Pakta Warsawa kepada Cekoslowakia, Perang Vietnam, dan Perang Soviet-Afghanistan.

Oleh karena itu, dalam konflik bersenjata seperti perang Rusia-Ukraina dan Israel-Hamas saat ini, usulan seperti gencatan senjata, bila tidak sesuai dengan kepentingan dari satu ataupun lebih negara-negara tersebut, dapat diveto.

Sehingga, hal ini menyebabkan perang semakin berlarut-larut, dan rencana gencatan senjata belum menemukan titik terang.

”Dewan Keamanan yang kita miliki sekarang tidak sesuai dengan dunia saat ini. Saya telah mendorong negara-negara anggota untuk melakukan dialog serius mengenai hal ini. Saya ingin melanjutkan dialog ini, tetapi para anggota permanen PBB tidak setuju,” ujar Guterres melalui CNN pada 10 September 2020 sebelumnya, yang tampaknya mulai menyadari kondisi ironis yang terjadi di DK PBB.

Apabila hal ini terus berlanjut dan reformasi tidak kunjung dilakukan, DK PBB tampaknya hanya akan benar-benar menjadi alat kepentingan bagi negara-negara kuat saja, sehingga ketidakadilan dan ketimpangan dalam upaya resolusi konflik dunia akan terus berlanjut.

Apakah Indonesia dapat berperan dalam upaya reformasi DK PBB ini? Mungkin saja. Indonesia memiliki daya tawar yang mumpuni di PBB untuk menjadi bagian dari hal tersebut.

Namun, bila dihadapkan menjadi bagian dari anggota tetap dari kawasan Asia, tentunya Indonesia akan berhadapan dengan Jepang dan India, yang kelihatannya memiliki daya tawar lebih baik dalam keikutsertaannya di DK PBB, serta mendapat dukungan lebih dari negara-negara lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

Global
[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

Global
Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Global
Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Global
Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Global
Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Global
Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Global
India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

Global
Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Global
Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Global
Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Global
Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Global
Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Global
Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Global
Gerakan Tenda Mahasiswa Pro-Palestina dan Paradoks Demokrasi AS

Gerakan Tenda Mahasiswa Pro-Palestina dan Paradoks Demokrasi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com