Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setahun Gempa Turkiye, Minim Pemulihan, Warga Masih Tinggali Kamp Pengungsi

Kompas.com - 05/02/2024, 16:46 WIB
Irawan Sapto Adhi

Editor

Namun tidak semua korban bisa menerima tawaran pemerintah untuk menghuni bangunan baru.

"Gedungnya saja belum rampung dan jalan-jalan di sekelilingnya masih berlumpur. Perumahaan ini terlebih terlalu jauh," kata Meryem Karatas merujuk pada lokasi yang berjauhan dari tempat tinggalnya dulu.

"Jumlah rumah yang ingin dibangun tidak sebanding dengan yang runtuh. Adalah hal mustahil bahwa semua pengungsi harus ditampung di sini," katanya lagi.

Dia menuntut pemerintah membangun ulang rumah tapaknya yang runtuh, bukan disediakan apartemen.

Hal senada diungkapkan Mustafa Bayir yang enggan dipindahkan ke lokasi lain.

"Saya tidak mau meninggalkan kota ini. Pemerintah telah mengabaikan Kota Hazay," ujar pria yang hidup bersama keluarganya yang berjumlah delapan orang di sebuah kotak kontainer.

Baca juga: Korban Tewas Gempa Turkiye 45.968, Kerugian Capai 34 Miliar Dollar AS

Mitos pemulihan ekonomi

Setahun pasca-gempa Turkiye, kehidupan di Hatay belum kembali normal.

Dilaporkan, gempa merubuhkan sebanyak 95 persen dari seluruh bangunan di kawasan industri tersebut.

Salah seorang yang bertahan, Ethem Icer, terpaksa menjual roti di sebuah bangunan yang rusak. Dari 4.000 gulung roti yang dulu dia produksi selama sehari, kini jumlahnya tinggal 1.000 gulung. Penyebabnya adalah jumlah penduduk kota yang menyusut drastis.

"Semua orang mengatakan kehidupan di Hatay telah kembali normal. Itu tidak benar," jelasnya.

Seorang mekanik bernama Levent Ineyci juga mengeluhkan betapa pelaku ekonomi kecil tidak mendapat bantuan apa pun dari negara.

Ineyci misalnya, yang sudah 20 tahun bekerja di bengkel di kawasan industri Hatay.

"Para pemilik toko mengkhawatirkan kelangsungan ekonomi mereka sendiri. Negara telah melupakan kami,” katanya.

Banyak orang ingin kembali bekerja, namun, jelas dia, negara tidak cukup mendukungnya. Alhasil, banyak pekerja terampil yang menghilang.

"Kami memiliki banyak pekerja terampil di sini. Mereka pergi dan tidak kembali. Itu merupakan kerugian besar," jelasnya.

Keraguan tentang masa depan di Hatay ikut diumbar Ekrem Öztürk, pengemudi taksi terakhir di kota tersebut.

"Banyak orang mengatakan bahwa semuanya telah kembali normal di sini. Itu tidak benar sama sekali. Saya bahkan berharap mati dalam gempa sehingga saya tidak harus mengalami penderitaan di hari-hari belakangan ini," terang Ekrem.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com