Lituania pada Selasa mengatakan akan berusaha membeli satu batalion tank Leopard 2 buatan Jerman, seiring negara Baltik tersebut memperkuat pertahanannya di tengah perang Rusia- Ukraina.
Anggota NATO dan sekutu setia Kyiv itu telah menyatakan keprihatinan atas keamanannya sejak Rusia menginvasi Ukraina hampir dua tahun lalu.
“Dewan keamanan negara sepakat bahwa tank yang paling efektif… adalah Leopard 2 Jerman,” kata Penasihat Keamanan Presiden Lituania Kestutis Budrys kepada wartawan.
Dia mengatakan Kementerian Pertahanan telah ditugaskan untuk memulai negosiasi untuk satu batalion tank.
Perdana Menteri Slovakia Robert Fico pada Selasa membantah bahwa Kyiv sedang diserang ketika gelombang baru serangan Rusia di Ukraina dan ibu kotanya menewaskan delapan orang.
Fico telah melontarkan serangkaian pernyataan yang menghasut yang telah memperburuk hubungan antara Slovakia dan negara tetangganya, Ukraina.
Dia sebelumnya mempertanyakan kedaulatan Ukraina dan menyerukan kompromi dengan Rusia.
Pemimpin pemerintahan populis Slovakia akan bertemu dengan pemimpin Ukraina Denys Shmygal pada hari Rabu di Uzhhorod, sebuah kota di perbatasan kedua negara.
Kremlin pada Selasa mengatakan negara-negara Barat sudah menyerah terhadap Ukraina dan telah “membuang” miliaran dolar dukungan sejak Moskwa melancarkan serangan militer skala penuh.
Bantuan keuangan dan militer dari Barat telah menjadi bantuan penting bagi Kyiv sejak Rusia memerintahkan pasukannya masuk ke negara tersebut pada Februari 2022, namun perselisihan politik di Washington dan Brussels membuat pendanaan di masa depan diragukan.
Rusia pada Selasa tampak menikmati ketidakpastian tersebut.
“Negara-negara Eropa sangat memahami bahwa uang tersebut telah disia-siakan,” lapor kantor berita pemerintah Rusia RIA Novosti, mengutip juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Selasa.
Rusia pada Selasa dengan tegas menolak tuduhan bahwa mereka telah mendeportasi anak-anak Ukraina sejak invasi mereka.
Ukraina mengatakan bahwa 20.000 anak terpaksa pindah ke Rusia sejak perang meletus pada Februari 2022.
Presiden Volodymyr Zelensky menyebut tindakan tersebut sebagai “genosida”.