Ia mengungkapkan rasa frustrasinya karena tidak dapat membantu.
"Kami sangat marah karena kami tahu orang-orang di sana kehabisan air, bahkan mereka kehabisan kantong mayat," tambahnya.
Bahan bakar biasanya diizinkan masuk ke Gaza melalui pipa diperbatasan Kerem Shalom dan didanai oleh hibah dari Qatar.
Dana ini digunakan untuk memasok satu-satunya pembangkit listrik di Gaza, yang membutuhkan 600.000 liter bahan bakar per hari.
Namun pasokan tersebut saat ini terhenti dan, menurut Khaled Mohareb dari Otoritas Perminyakan Gaza, gangguan ini serupa dengan "eksekusi menyeluruh terhadap orang-orang di Gaza dan kelumpuhan total kehidupan".
Sebelum pengepungan, pasokan listrik sering kali terbatas dan pemadaman bergilir. Banyak orang memiliki generator yang membutuhkan bahan bakar untuk menjalankannya.
Demikian pula, banyak rumah sakit yang mengandalkan generator darurat tetapi persediaan bahan bakar mereka semakin menipis.
Mohareb berujar pembangkit listrik ini adalah “sumber kehidupan Gaza”, dan memberi listrik pada rumah-rumah serta fasilitas-fasilitas penting seperti rumah sakit dan pusat pengolahan air.
"Bahan bakar dibutuhkan untuk pabrik desalinasi air yang memungkinkan air dialirkan ke keran masyarakat di Gaza,” kata Juliette Touma, dari UNRWA.
Baca juga: WHO: Bantuan Siap Disalurkan ke Gaza meski Serangan Israel Belum Berhenti
Air keran tersebut sudah dianggap tidak layak untuk diminum dan Israel kini telah memutus sebagian besar pasokan air bersihnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan kebutuhan air harian minimum sebesar 100 liter per orang untuk memenuhi kebutuhan minum, mencuci, memasak, dan mandi.
Sebelum konflik, konsumsi air rata-rata di Gaza adalah sekitar 84 liter, dan hanya 27 liter yang dianggap layak untuk dikonsumsi manusia.
Saat ini WHO memperkirakan rata-rata konsumsi air hanya tiga liter per orang.
Dr Ghassan Abu- Sittah, ahli bedah plastik dari London utara yang bekerja di Gaza, mengatakan kepada BBC, sumber daya cepat habis, dan tekanan air tidak cukup untuk memasok beberapa peralatan.
Dalam sebuah postingan di X, platform media sosial yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, ia menulis bahwa "cuka dari toko swalayan" digunakan untuk mengobati infeksi bakteri.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, memuji kepemimpinan AS dan keterlibatan diplomatik mereka dalam upaya mengirimkan makanan, air, dan pasokan medis ke Gaza.
Dia menulis di X bahwa "banyak nyawa bergantung pada ini".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.