Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/09/2023, 08:46 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber AFP

BAMAKO, KOMPAS.com - Serangan terhadap pangkalan militer dan sebuah kapal penumpang di Sungai Niger di Mali utara pada hari Kamis (9/8/2023) oleh para tersangka militan menewaskan 64 orang, kata seorang pejabat Mali.

Dua serangan terpisah tersebut menargetkan kapal Timbuktu di sungai Niger dan posisi tentara di Bamba, di wilayah Gao utara dengan jumlah korban sementara 49 warga sipil dan 15 tentara tewas.

Pernyataan tersebut tidak merinci berapa banyak yang tewas dalam setiap serangan, namun serangan-serangan tersebut diklaim oleh kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaeda.

Baca juga: Dari Mali sampai Gabon, Ini 8 Kudeta di Afrika dalam 3 Tahun Terakhir

Sebelumnya, tentara Mali mengatakan di media sosial bahwa kapal tersebut diserang sekitar pukul 1100 GMT oleh kelompok teroris bersenjata.

Dilansir dari AFP, kapal tersebut, yang melayani rute antara kota-kota di sepanjang sungai, menjadi sasaran setidaknya tiga roket yang diarahkan ke mesinnya, kata operator Comanav secara terpisah.

Kapal tersebut tidak dapat bergerak di sungai dan tentara sedang mengevakuasi para penumpang, kata seorang pejabat Comanav, yang berbicara tanpa menyebut nama.

Gambar-gambar di media sosial menunjukkan kepulan asap hitam membumbung tinggi di atas sungai.

Insiden tersebut terjadi di daerah terpencil dan gambar-gambar tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen.

Niger merupakan jalur transportasi vital di wilayah yang infrastruktur jalannya buruk dan tidak memiliki rel kereta api.

Serangan ini terjadi setelah aliansi yang terkait dengan al-Qaeda, mengumumkan bulan lalu bahwa mereka memblokade Timbuktu, kota persimpangan bersejarah di Mali utara.

Baca juga: Burkina Faso dan Mali: Intervensi Militer ke Niger Akan Jadi Deklarasi Perang Lawan Kami Juga

Negara miskin ini telah berjuang melawan ketidakamanan sejak tahun 2012, ketika pemberontakan yang dipimpin oleh etnis Tuareg meletus di wilayah utara yang bermasalah.

Pemberontakan ini dikobarkan oleh para militan, yang tiga tahun kemudian melancarkan serangan ke Mali tengah, Niger dan Burkina Faso, yang mengirimkan gelombang kejut ke seluruh Sahel.

Di Mali utara, pemberontakan regional secara resmi diakhiri dengan perjanjian damai yang ditandatangani antara pemberontak dan pemerintah Mali pada tahun 2015.

Baca juga: PBB Ungkap Fakta Tentara Wagner Rusia Bantai 500 Orang di Mali

Namun, kesepakatan yang rapuh itu berada di bawah tekanan setelah pemerintah sipil digulingkan pada tahun 2020 dan digantikan oleh junta.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP

Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Turkiye Akan Setujui Swedia Gabung NATO jika AS Jual F-16

Turkiye Akan Setujui Swedia Gabung NATO jika AS Jual F-16

Global
Putin Maju Lagi ke Pilpres Rusia pada Maret 2024

Putin Maju Lagi ke Pilpres Rusia pada Maret 2024

Global
AS Veto Rancangan Resolusi DK PBB untuk Gencatan Senjata Israel-Hamas

AS Veto Rancangan Resolusi DK PBB untuk Gencatan Senjata Israel-Hamas

Global
[POPULER GLOBAL] Anak Ajaib Kini Menganggur | Usia 12 Tahun Dijual Rp 140.000

[POPULER GLOBAL] Anak Ajaib Kini Menganggur | Usia 12 Tahun Dijual Rp 140.000

Global
Awalnya Gugat Wanita karena Menolak Cintanya, Pria Ini Malah Dilaporkan Balik karena Jual MacBook Palsu

Awalnya Gugat Wanita karena Menolak Cintanya, Pria Ini Malah Dilaporkan Balik karena Jual MacBook Palsu

Global
Pemuda Ini Kesal Cuma Diberi Selamat, Sebelumnya Habiskan Rp 3,3 Juta Saat Pacar yang Ultah

Pemuda Ini Kesal Cuma Diberi Selamat, Sebelumnya Habiskan Rp 3,3 Juta Saat Pacar yang Ultah

Global
Wanita AS Kecanduan Ngemil Bedak Bayi, Konsumsi Satu Wadah Setiap Hari

Wanita AS Kecanduan Ngemil Bedak Bayi, Konsumsi Satu Wadah Setiap Hari

Global
Ratusan Orang di AS dan Kanada Terserang Wabah Salmonella dari Melon Kemasan

Ratusan Orang di AS dan Kanada Terserang Wabah Salmonella dari Melon Kemasan

Global
Dulu Dikenal sebagai Anak Ajaib Kuliah di Usia 10 Tahun, Pria Ini Kini Menganggur

Dulu Dikenal sebagai Anak Ajaib Kuliah di Usia 10 Tahun, Pria Ini Kini Menganggur

Global
Tak Sengaja Bagikan Kode QR di Media Sosial, Wanita Ini Kaget Tiba-tiba Dapat Tagihan Rp 931 Juta

Tak Sengaja Bagikan Kode QR di Media Sosial, Wanita Ini Kaget Tiba-tiba Dapat Tagihan Rp 931 Juta

Global
Tak Sengaja Terpukul Saat Latihan, Bintang Bisbol SMA Ini Kena Mati Otak

Tak Sengaja Terpukul Saat Latihan, Bintang Bisbol SMA Ini Kena Mati Otak

Global
Rusia Dituduh Lakukan Kampanye Siber, Sasar Politisi Inggris dan AS

Rusia Dituduh Lakukan Kampanye Siber, Sasar Politisi Inggris dan AS

Global
600 Pembelot Asal Korea Utara yang Dideportasi China Hilang Tanpa Kabar

600 Pembelot Asal Korea Utara yang Dideportasi China Hilang Tanpa Kabar

Global
Penulis Gaza Deskripsikan Suasana Apokaliptik Gaza: Belum Pernah Seperti Ini Sebelumnya...

Penulis Gaza Deskripsikan Suasana Apokaliptik Gaza: Belum Pernah Seperti Ini Sebelumnya...

Global
Kirim Pesan Rasis Terkait Meghan Markle, Mantan Polisi Inggris Dihukum

Kirim Pesan Rasis Terkait Meghan Markle, Mantan Polisi Inggris Dihukum

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com