Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Resolusi PBB Desak Taliban Batalkan Aturan Terkait Larangan Perempuan

Kompas.com - 27/04/2023, 15:15 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber

BRUSSEL, KOMPAS.com - PBB terus menyerukan para penguasa Taliban Afghanistan untuk segera membatalkan pembatasan yang semakin keras.

Taliban sejauh ini masih membatasi perempuan dan anak perempuan. Perempuan Afghanistan yang bekerja untuk PBB juga dibatasi.

Seruan ini akan masuk dalam resolusi yang segera dibahas pada Kamis (27/4/2023) oleh Dewan Keamanan.

Baca juga: PBB Kecam Serangan terhadap Warga Sipil di Sudan

Rancangan resolusi, yang diperoleh Associated Press, mengungkapkan keprihatinan yang mendalam atas semakin tergerusnya penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan dasar perempuan dan anak perempuan di Afghanistan oleh Taliban dan menegaskan kembali peran tak tergantikan mereka dalam masyarakat Afghanistan.

Resolusi juga menyerukan kepada Taliban untuk segera memulihkan akses mereka ke pendidikan, pekerjaan, kebebasan bergerak dan partisipasi yang setara dalam kehidupan publik.

Resolusi tersebut, yang dirancang oleh Uni Emirat Arab dan Jepang, dijadwalkan akan dipilih oleh 15 anggota dewan pada Kamis sore.

Para diplomat mengatakan hampir pasti akan disetujui, meskipun Rusia dan China mungkin abstain.

Taliban merebut kekuasaan pada Agustus 2021 ketika pasukan AS dan NATO menarik diri dari Afghanistan setelah dua dekade perang dan pada awalnya menjanjikan pemerintahan yang lebih moderat dibanding saat mereka berkuasa dari 1996 hingga 2001.

Tetapi ada kekhawatiran internasional yang meningkat karena pentolan Taliban secara bertahap memberlakukan kembali interpretasi mereka yang keras tentang hukum Islam atau syariah terhadap perempuan dan anak perempuan.

Anak perempuan dilarang bersekolah setelah kelas enam dan perempuan dilarang dari sebagian besar pekerjaan, ruang publik, dan pusat kebugaran.

Baca juga: Sekjen PBB Sebut Konflik di Sudan Terus Memburuk, Peringatkan Ini

Pada akhir Desember, Taliban melarang kelompok bantuan untuk mempekerjakan wanita Afghanistan. Lalu pada 4 April mereka memperpanjang larangan bagi wanita Afghanistan yang bekerja untuk PBB.

Ini jadi sebuah keputusan yang disebut rancangan resolusi belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Perserikatan Bangsa-Bangsa.

PBB telah memperingatkan bahwa larangan tersebut dapat melumpuhkan pengiriman bantuan yang sangat dibutuhkan dan menyebabkan penarikan PBB dari Afghanistan.

Baca juga: PBB Nyatakan Kekhawatiran Setelah AS Disebut Sadap Antonio Guterres

Sejak 5 April, 3.300 warga Afghanistan yang dipekerjakan oleh PBB, sekitar 2.700 pria dan 600 wanita, telah tinggal di rumah.

Tetapi juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan mereka terus bekerja dan akan dibayar.

600 staf internasional PBB yang kuat, termasuk 200 wanita, tidak terpengaruh oleh larangan Taliban.

Baca juga: [KABAR DUNIA SEPEKAN] PBB Syok Masjid Al-Aqsa Diserang | Trump Didakwa

Roza Otunbayeva, mantan presiden dan menteri luar negeri Republik Kyrgyzstan yang mengepalai misi politik PBB di Afghanistan yang dikenal sebagai UNAMA, menanggapi larangan Taliban terhadap perempuan Afghanistan yang bekerja untuk badan dunia beranggotakan 193 negara itu.

Mereka memerintahkan tinjauan operasional atas kehadiran PBB. di negara itu, yang akan berlangsung hingga 5 Mei.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com