Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dugaan Kenapa China Terbangkan Balon Mata-mata di AS, padahal Punya Satelit

Kompas.com - 04/02/2023, 11:46 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber BBC

BEIJING, KOMPAS.com - Berita China diduga menerbangkan balon mata-mata di langit Amerika Serikat menimbulkan pertanyaan, mengapa Beijing menggunakan alat itu padahal memiliki satelit?

China mengeklaim bahwa balon yang terlihat di atas negara bagian Montana itu hanya "benda udara sipil" yang menyimpang dari rute awal, tetapi AS mencurigainya sebagai perangkat pengawasan dari ketinggian.

Apa pun kemampuan balon khusus ini, AS menanggapi ancaman tersebut dengan cukup serius hingga menunda kunjungan Menteri Luar Negeri Antony Blinken ke China, yang dijadwalkan berlangsung pada 5-6 Februari 2023.

Baca juga: Balon Mata-mata China Terlacak Terbang di Langit AS, Pentagon Pertimbangkan Tembak

Dikutip dari BBC pada Sabtu (4/2/2023), balon adalah salah satu teknologi pengawasan tertua. Militer Jepang menggunakannya untuk meluncurkan bom pembakar di AS saat Perang Dunia II. Balon juga banyak digunakan oleh AS dan Uni Soviet selama Perang Dingin.

Baru-baru ini, AS dilaporkan hendak menambahkan balon udara ketinggian ke jaringan pengawasan Pentagon. Balon modern biasanya melayang antara 24-37 km di atas permukaan Bumi (80.000 kaki-120.000 kaki).

"Beijing mungkin mencoba memberi sinyal ke Washington: 'Meski kami ingin meningkatkan hubungan, kami juga selalu siap untuk persaingan yang berkelanjutan, menggunakan segala cara yang diperlukan,' tanpa ketegangan yang sangat parah," kata analis kekuatan udara independen He Yuan Ming kepada BBC.

"Dan alat apa lagi yang lebih baik untuk ini selain balon yang tampak tidak berbahaya?" lanjutnya.

Jalur penerbangan balon yang diperkirakan dekat pangkalan rudal tertentu menunjukkan bahwa balon itu tidak mungkin menyimpang dari jalurnya, kata He Yuan Ming.

Kementerian Pertahanan AS pada Kamis (2/2/2023) mengatakan, balon itu secara signifikan berada di atas tempat lalu lintas udara sipil aktif.

Akan tetapi, pakar China yaitu Benjamin Ho berpendapat, Beijing memiliki teknologi pengawasan yang lebih canggih.

"Mereka memiliki cara lain untuk memata-matai infrastruktur Amerika, atau informasi apa pun yang ingin mereka peroleh. Balon itu untuk mengirim sinyal ke Amerika, juga untuk melihat bagaimana reaksi Amerika," jelas koordinator program China di Sekolah Studi Internasional S Rajaratnam Singapura tersebut.

Baca juga: China Tanggapi Tuduhan Balon Terbang Mata-mata yang Lintasi Langit AS

Bahkan, mungkin China sengaja ingin AS mendeteksi balon tersebut.

“Mungkin saja sengaja ketahuan. China mungkin menggunakan balon untuk menunjukkan mereka memiliki teknologi canggih untuk menembus wilayah udara AS tanpa risiko eskalasi yang serius. Dalam hal ini, balon adalah pilihan cukup ideal,” ujar Arthur Holland Michel dari Carnegie Council for Ethics in International Affairs.

Namun demikian, para ahli menunjukkan bahwa balon dapat dilengkapi dengan teknologi modern seperti kamera mata-mata dan sensor radar.

Ada juga beberapa keuntungan menggunakan balon untuk pengawasan--utamanya adalah lebih murah dan mudah digunakan daripada drone atau satelit.

Kecepatan balon yang lebih lambat juga memungkinkannya berkeliaran dan memantau area target untuk waktu lebih lama, dibandingkan pergerakan satelit yang terbatas pada jalur orbitnya.

Baca juga: Heboh Balon Mata-mata China Terbang di Langit AS, Ini Sejarah Penggunaan dan Kelebihannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Biden Menyesal AS Kirim Senjata ke Israel yang Menewaskan Warga Palestina

Biden Menyesal AS Kirim Senjata ke Israel yang Menewaskan Warga Palestina

Global
AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

Global
[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

Global
Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Global
Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Global
Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Global
Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Global
Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Global
India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

Global
Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Global
Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Global
Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Global
Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Global
Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Global
Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com