WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Sejumlah pejabat AS mengatakan pada Kamis (2/2/2023) bahwa balon mata-mata China telah terbang di langit “Negeri Paman Sam” selama beberapa hari.
Atas permintaan permintaan Presiden AS Joe Biden, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan pejabat tinggi militer sempat mempertimbangkan untuk menembak jatuh balon tersebut.
Akan tetapi, keputusan itu urung dilakukan karena dianggap akan membahayakan terlalu banyak orang di daratan, sebagaimana dilansir AFP.
Baca juga: Balon Mata-mata China Terlacak Terbang di Langit AS, Pentagon Pertimbangkan Tembak
Seorang pejabat Kementerian Pertahanan AS mengatakan, balon tersebut terbang di atas wilayah barat laut AS yang terdapat pangkalan udara sensitif dan rudal strategis.
“Jelas, maksud dari balon ini adalah untuk pengawasan, dan jalur penerbangan saat ini membawanya ke sejumlah situs sensitif,” kata pejabat tersebut yang enggan disebut namanya.
Namun, Kementerian Pertahanan AS yang berkantor di Pentagon tidak yakin itu merupakan ancaman intelijen yang sangat berbahaya.
Reuters melaporkan, penggunaan balon untuk melakukan mata-mata dan misi militer lainnya adalah praktik lama yang sudah ada sejak berpuluh-puluh tahun lalu.
Selama Perang Dunia II, militer Jepang mencoba mengirim bom pembakar ke wilayah AS menggunakan balon yang dirancang untuk terbang dalam aliran udara jet stream.
Serangan tersebut tidak berhasil. Tak ada fasilitas militer yang rusak. Namun, beberapa warga sipil tewas ketika salah satu balon jatuh di hutan Oregon.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.