Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

15 Negara Ini Sumbang 30 Juta Kasus Malanutrisi Akut pada Anak, PBB Serukan Bantuan Mendesak

Kompas.com - 13/01/2023, 08:52 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

JENEWA, KOMPAS.com - PBB menyerukan pendanaan mendesak untuk membantu 30 juta anak yang menderita malanutrisi akut sebelum terlambat di negara-negara yang dilanda krisis pangan.

Dalam pernyataan bersama, lima badan PBB pada Kamis (12/1/2023) menyebut, konflik, guncangan iklim, pandemi Covid-19, dan meningkatnya biaya hidup membuat semakin banyak anak mengalami kekurangan gizi.

"Saat ini, lebih dari 30 juta anak di 15 negara yang terkena dampak terburuk, menderita wasting atau malanutrisi akut, dan 8 juta anak-anak ini sangat kurus, bentuk kekurangan gizi yang paling mematikan," kata mereka, dikutip dari AFP.

Baca juga: PBB: Bendungan Besar Dunia Bisa Kehilangan Seperempat Kapasitasnya pada 2050

Ke-15 negara tersebut, yakni Afghanistan, Burkina Faso, Chad, Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, Haiti, Kenya, Madagaskar, Mali, Niger, Nigeria, Somalia, Sudan Selatan, Sudan, dan Yaman.

PBB mengungkap, melonjaknya harga pangan telah memperparah kekurangan pangan, menggusur populasi, serta menghambat akses ke nutrisi esensial yang terjangkau.

Pernyataan bersama badan PBB pun menyerukan investasi lebih besar untuk mendukung upaya mereka memenuhi kebutuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari krisis yang berkembang ini, sebelum terlambat.

Rencana PBB bertujuan untuk mencegah, mendeteksi, dan mengobati malanutrisi akut di antara anak-anak dengan intervensi dalam makanan, kesehatan, air dan sanitasi, serta sistem perlindungan sosial.

"Situasi ini kemungkinan akan semakin memburuk pada tahun 2023. Kita harus memastikan ketersediaan, keterjangkauan, dan aksesibilitas makanan sehat," kata epala Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Qu Dongyu.

Rencana bersama akan menargetkan anak-anak berusia di bawah lima tahun, wanita hamil dan menyusui, serta perempuan serta pengasuh anak balita.

Baca juga: India Kerahkan Unit Penjaga Perdamaian PBB Wanita Terbesar ke Sudan

"Krisis yang berjatuhan hari ini membuat jutaan anak terbuang sia-sia dan mempersulit mereka untuk mengakses layanan utama," kata Kepala Badan Anak-anak PBB (UNICEF), Catherine Russell.

Dia menyebut, wasting menyakitkan bagi anak, dan dalam kasus yang parah, dapat menyebabkan kematian atau kerusakan permanen pada pertumbuhan dan perkembangan mereka.

"Kita dapat dan harus mengubah krisis nutrisi ini melalui solusi yang telah terbukti untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah gizi buruk pada anak sejak dini," ucao Russell.

Anak-anak dengan malanutrisi akut memiliki sistem kekebalan yang lemah dan berisiko lebih tinggi meninggal akibat penyakit umum pada masa kanak-kanak.

Mereka yang bertahan dapat menghadapi tantangan pertumbuhan dan perkembangan seumur hidup.

"Krisis pangan global juga merupakan krisis kesehatan, dan lingkaran setan: malanutrisi menyebabkan penyakit, dan penyakit menyebabkan malanutrisi," kata kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Dia menyebut, dukungan mendesak diperlukan sekarang di negara-negara yang paling terpukul untuk melindungi kehidupan dan kesehatan anak-anak.

"Ini termasuk memastikan akses kritis ke makanan sehat dan layanan gizi, terutama bagi perempuan dan anak-anak," ucap dia.

Baca juga: Najib Ajukan Petisi ke PBB Minta Dibebaskan dari Kasus Megakorupsi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Global
Respons Cepat Emirates Airlines Tangani Kekhawatiran Penumpang Anak Tuai Pujian

Respons Cepat Emirates Airlines Tangani Kekhawatiran Penumpang Anak Tuai Pujian

Global
Anak Mahathir Bantah Diselidiki terkait Korupsi di Malaysia

Anak Mahathir Bantah Diselidiki terkait Korupsi di Malaysia

Global
Dramatis, Pilot Melamar Pramugari dalam Penerbangan Polandia

Dramatis, Pilot Melamar Pramugari dalam Penerbangan Polandia

Global
Menhan Rusia Ingin Negara Sekutunya di Asia Tingkatkan Latihan Militer

Menhan Rusia Ingin Negara Sekutunya di Asia Tingkatkan Latihan Militer

Global
Korea Utara Tuduh AS Politisasi Masalah HAM

Korea Utara Tuduh AS Politisasi Masalah HAM

Global
Rangkuman Hari Ke-794 Serangan Rusia ke Ukraina: Warga Latvia Diminta Siapkan Tempat Berlindung | IOC Bicara Rusia dan Israel

Rangkuman Hari Ke-794 Serangan Rusia ke Ukraina: Warga Latvia Diminta Siapkan Tempat Berlindung | IOC Bicara Rusia dan Israel

Global
 Hubungan Sesama Jenis di Irak Dapat Dihukum 15 Tahun Penjara

Hubungan Sesama Jenis di Irak Dapat Dihukum 15 Tahun Penjara

Global
Video Detik-detik Sopir Mobil Gagalkan Penjabretan di Pinggir Jalan, Pepet Motor Pelaku

Video Detik-detik Sopir Mobil Gagalkan Penjabretan di Pinggir Jalan, Pepet Motor Pelaku

Global
Afrika Selatan Peringati 30 Tahun Apartheid, Kemiskinan Masih Jadi Isu Utama

Afrika Selatan Peringati 30 Tahun Apartheid, Kemiskinan Masih Jadi Isu Utama

Global
Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Global
[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit 'Otak Cinta'

[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit "Otak Cinta"

Global
Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Global
Hezbollah Tembakkan Peluru Kendali ke Israel

Hezbollah Tembakkan Peluru Kendali ke Israel

Global
Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com