BRUSSEL, KOMPAS.com - Ribuan bendungan besar di dunia berpotemsi tersumbat oleh sedimen sehingga berisiko kehilangan lebih dari seperempat kapasitas penyimpanannya pada tahun 2050.
Ini hasil kesimpulan para peneliti PBB, memperingatkan ancaman terhadap masa depan air di bendungan.
Dilansir dari Guardian, sebuah studi baru dari Institut Air, Lingkungan, dan Kesehatan Universitas PBB menemukan bahwa, pada pertengahan abad mendatang, bendungan dan waduk akan kehilangan sekitar 1,65tr meter kubik kapasitas penyimpanan air menjadi sedimen.
Angka tersebut mendekati gabungan penggunaan air tahunan di India, China, Indonesia, Perancis, dan Kanada.
"Itu penting," kata para peneliti. "Bendungan besar ini adalah sumber utama pembangkit listrik tenaga air, pengendalian banjir, irigasi, dan air minum di seluruh dunia."
"Penyimpanan air global akan berkurang sekarang dan itu perlu diperhitungkan secara serius," kata salah satu penulis studi dan direktur institut, Vladimir Smakhtin, kepada AFP.
Para peneliti mengamati hampir 50.000 bendungan besar di 150 negara, dan menemukan bahwa mereka telah kehilangan sekitar 16 persen kapasitas penyimpanan airnya.
Mereka memperkirakan bahwa jika tingkat penumpukan berlanjut dengan kecepatan yang sama, itu akan meningkat menjadi sekitar 26 persen pada pertengahan abad.
Sungai secara alami mencuci sedimen di hilir ke lahan basah dan pantai, tetapi bendungan mengganggu aliran ini dan seiring waktu penumpukan endapan berlumpur ini secara bertahap mengurangi ruang untuk air.
Smakhtin mengatakan bahwa hal ini membahayakan keberlanjutan pasokan air di masa depan bagi banyak orang, serta menimbulkan risiko bagi irigasi dan pembangkit listrik.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.