WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Subvarian Omicron yang baru, XBB.1.5, dilaporkan menyebar dengan cepat di AS.
Laporan tersebut diwartakan CGTN, Rabu (11/1/2023), mengutip data terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).
Diperkirakan subvarian Omicron XBB.1.5 mencakup 27,6 persen dari semua kasus infeksi Covid-19 di AS pekan lalu.
Baca juga: WHO Eropa: Lonjakan Covid-19 di China Bukan Ancaman Langsung, tapi...
Sepekan sebelumnya, atau pekan akhir Desember 2022, subvarian Omicron XBB.1.5 berkontribusi terhadap sekitar 18,3 persen dari semua kasus Covid-19.
Menurut data CDC, sekitar 70 persen dari kasus subvarian Omicron XBB.1.5 berasal dari wilayah barat laut AS.
Subvarian Omicron XBB.1.5 memicu tingginya kasus Covid-19 di beberapa negara di Asia. Situasi tersebut menimbulkan kekhawatiran mengenai penularannya yang tinggi.
Sementara itu, dua subvarian dominan Omicron lainnya, BQ.1 dan BQ.1.1, menyumbang sekitar 55 persen kasus Covid-19 baru di AS dalam sepekan kemarin.
Baca juga: China Klaim Banyak Wilayah Sudah Lewati Puncak Lonjakan Kasus Covid
Diberitakan DW sebelumnya, XBB.1.5 merupakan subvarian Omicron yang saat ini menjadi varian yang dominan secara global.
XBB.1.5 adalah subvarian “rekombinan” dari Omicron, artinya mengandung materi genetik dari subvarian virus corona yang berbeda.
“Sejak kami pertama kali menemukan XBB beberapa bulan yang lalu, varian itu telah melakukan mutasi berkali-kali. XBB.1.5 telah mengembangkan mutasi yang lebih baik, dalam menghindari kekebalan tubuh," kata Paul Hunter, seorang ahli epidemiologi di University of East Anglia, Inggris, mengatakan kepada DW.
Dengan respons imun yang lebih lambat, XBB.1.5 memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan reproduksi, dan meningkatkan kemungkinan berkembangnya gejala Covid-19.
Baca juga: WHO: Lonjakan Covid China Mungkin Tidak Berdampak Signifikan di Eropa
Indikasi awal di AS menunjukkan, subvarian XBB.1.5 tidak lebih mematikan daripada subvarian Omicron lainnya.
“Sumber yang kredibel di AS memberi tahu kami bahwa orang dengan varian XBB.1.5 tidak memiliki gejala Covid-19 yang lebih parah,” kata Hunter.
Para ahli khawatir jika XBB.1.5 menyebar dengan cepat, jumlah orang dengan gejala parah yang mirip dengan orang-orang dari subvarian Omicron lainnya akan meningkat karena infeksi yang berat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga kesehatan lainnya terus mengawasi infeksi dan data rumah sakit untuk melacak dampak subvarian pada pasien.
Baca juga: Lonjakan Covid China, 89 Persen Penduduk Provinsi Henan Telah Terinfeksi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.