Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Orang Indonesia yang Jadi Dokter di Jerman

Kompas.com - 08/01/2023, 11:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

BERLIN, KOMPAS.com - Apa bisa orang asing menjadi dokter di Jerman? Bisa. Sudah ada beberapa orang Indonesia yang jadi dokter di Jerman. Di antaranya Lola Fedora yang kini menjalani residensi untuk menjadi dokter spesialis penyakit kulit.

"Kedokteran di Jerman itu termasuk sistem pendidikannya objektif, fair. Sistem hierarkinya juga enggak terlalu menekan residen-residen yang mau melanjutkan spesialis di sini, " ujar Lola Fedora yang mengambil spesialis penyakit kulit di Jerman.

Perempuan Indonesia yang kini bermukim di Jerman ini juga tidak pelit berbagi informasi di Instagram bagi mereka yang ingin menjadi dokter di Jerman.

Baca juga: Vatikan Panggil Dokter Atlético Madrid untuk Merawat Masalah Lutut Paus Fransiskus

"Bisa dilakukan kok, asal kita bisa berusaha terus rajin sama kerja keras,” katanya.

Namun memang bukan perkara mudah untuk menjadi dokter di Jerman, ujar Lola, terutama dari segi bahasa.

"Karena sama-sama kita tahu Bahasa Jerman itu enggak gampang. Bahasa Jerman bukan bahasa yang kita pelajari di sekolah, beda sama Bahasa Inggris, ya mungkin dari kecil pun kita sering terpapar dengan bahasa Inggris, tapi kalau Bahasa Jerman itu murni aku belajar setelah beres sekolah dokter umum di Indonesia,” tandas perempuan asal Bandar Lampung ini.

Ia menjalani masa satu tahun persiapan melanjutkan studi, lalu pindah ke Jerman dan melanjutkan kursus Bahasa Jerman yang lebih ke arah kedokteran selama sekitar sebulan.

"Aku coba apply kerja ke rumah sakit, terus dapat juga pekerjaan, " ujarnya senang.

Baca juga: Putra Mahkota Arab Saudi Diminta Tak Bepergian oleh Dokter, Akan Absen di KTT Liga Arab

Tantangan terbesar: bahasa dan budaya

Selain dari segi bahasa tantangan lain yang dihadapinya adalah kultur, yang juga ada hubungannya dengan faktor bahasa.

"Aku lihat juga di sini, kalau misalnya kita sebagai orang yang tinggal di sini, tapi kurang bisa komunikasi Bahasa Jerman itu lebih sulit untuk membaur sama mereka. Terutama untuk kedokteran, kita dituntut untuk bicara sama pasien dalam bahasa Jerman, membawa diri kita, approach pasien supaya bisa membuat pasien nyaman sama kita, termasuk dengan pasien migran dan bagaimana caranya kita membuat mereka percaya kalau kita juga juga berkualitas sebagai dokter di sini,” tandas Lola.

Menjadi dokter berlatar belakang migran menurut Lola bekerja dua hingga tiga kali lebih keras daripada orang yang memang lahir di Jerman.

"Karena rasanya kita memulai semuanya dari awal. Belajar dari awal, dari kultur, belajar kedokterannya yang beda jauh teknologinya, obat-obatan, segala macamnya,” imbuh Lola.

Lola Fedora menggeluti dunia medis di Jerman.LOLA FEDORA via DW INDONESIA Lola Fedora menggeluti dunia medis di Jerman.

Baca juga: Dokter Meninggal Akibat Ebola di Uganda, Petugas Kesehatan Pertama yang Tewas

Namun salah satu segi positif yang selalu ia terima tanggapan dari kolega atau pimpinan tempat kerjanya adalah mereka selalu bilang: orang Indonesia ramah.

"Feedback-nya selalu positif dari pasien, simpati, care. Ada hal dari kita yang positif, yang bisa kita bawa dan jadi poin plus kenapa kita bisa kerja di sini,” ujar Lola.

Zahra Ahmed, seorang migran dari Tunisia yang tinggal di Jerman mengungkapkan, ia tak pernah ragu untuk menerima layanan kesehatan dokter meskipun dokternya berlatar belakang migran.

”Saya malah merasa beruntung karena mereka bisa mengerti keterbatasan saya misalnya dalam menjelaskan penyakit saya,” ujarnya.

Baca juga: Ratu Inggris Tunda Pertemuan Penting setelah Disarankan Dokter Beristirahat

Belajar dari kegagalan

Menurut Lola sepanjang meniti karier di Jerman, ia belajar juga menerima kegagalan.

"Kalau di Indonesia, semuanya itu terlihat jelas ya, kayak kita sekolah SD, SMP, kuliah. Hidup kita memang di-setting kayak begitu. Sementara kalau di Jerman, semuanya kita siapkan sendiri, dari dokumen, melamar kerja, ujian sendiri. Kegagalan pertama ujian pun aku rasakan di Jerman. Belajar menerima kegagalan, tapi kita juga belajar apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki kegagalan tersebut sehingga kita bisa lulus ujian atau lanjut lagi," papar Lola.

Hal penting lainnya yang ia rasakan selama studi dan bekerja di Jerman sebagai dokter adalah kemandirian hidup.

"Di Jerman, apa yang enggak kita kerjain sendiri? Mau profesi kita dokter sekalipun. Dari pindah rumah, ke mana-mana juga ekstra mandiri jika kerja dan hidup di Jerman," ujar Lola yang ingin segera menjadi dokter spesialis kulit.

"Kepandaian dan ketrampilan saja tidak cukup. Mental juga harus baja,” pungkasnya.

Baca juga: Eduard Bloch, Dokter Yahudi Sahabat Keluarga Hitler

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com