Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Warga Ukraina Yakin Bisa Kalahkan Rusia pada 2023

Kompas.com - 07/01/2023, 08:31 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Al Jazeera

KYIV, KOMPAS.com - Pada akhir tahun 2022, rasa bangga mendominasi Ukraina.

Setelah lebih dari 10 bulan perang, angkatan bersenjata Kyiv telah membebaskan hampir separuh wilayah yang diduduki Rusia pada awal tahun.

“Di masa lalu, perasaan bangga ini hampir tidak dirasakan bagi sebagian besar penduduk Ukraina, sekarang sudah menjadi masif,” kata Svetlana Chunikhina, wakil presiden Asosiasi Psikolog Politik, sebuah kelompok di Kyiv, dilansir dari Al Jazeera.

Baca juga: Ukraina Klaim Tewaskan 800 Tentara Rusia dalam 24 Jam

Ukraina sebelumnya mengalami dua pemberontakan populer anti-Rusia, yakni pada tahun 2004 dan 2014. Tetapi setiap itu pula, pemerintah pro-Barat yang baru terpilih dan didukung secara luas terperosok dalam skandal korupsi dan perang wilayah di ruang kekuasaan.

Namun belakangan ini, warga Ukraina sangat mendukung Presiden Volodymyr Zelensky, yang terpilih pada 2019 dengan memecahkan rekor 71 persen suara.

Sementara itu, pengaruh miliarder oligarki, yang pernah menguasai seluruh wilayah dan cabang ekonomi dan secara luas dipandang sebagai dalang politik, telah menyusut drastis.

Baca juga: Momen Emosional Tentara Ukraina Temui Istrinya yang Sedang Hamil

“Persatuan pemerintah dan publik dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kebebasan Ukraina adalah realitas psikologis baru,” kata Chunikhina, mengutip jajak pendapat baru-baru ini.

Perlawanan David-vs-Goliath terhadap pasukan Rusia yang pernah menjuluki dirinya sendiri sebagai "tentara terbaik kedua di dunia" setelah Amerika Serikat, mendominasi warga Ukraina. Harapannya, kemenangan militer yang akan segera terjadi.

Sekitar 97 persen warga Ukraina bersikukuh bahwa kemenangan Kyiv atas Moskwa sudah pasti, menurut sebuah survei oleh Rating Group, sebuah jajak pendapat independen, yang dirilis pada akhir November 2022.

“Kami tidak hanya melawan musuh kami, tetapi kami juga mengajari sekutu kami di Barat", kata Letnan Jenderal Ihor Romanenko, mantan wakil kepala staf umum Ukraina, setelah drone Ukraina menyerang lapangan terbang strategis jauh di dalam Rusia pada 5 Desember.

Hampir sebulan kemudian, pada hari pertama tahun 2023, pasukan Ukraina menewaskan sedikitnya puluhan tentara Rusia dalam serangan besar di Donetsk, salah satu serangan paling berdarah dalam perang tersebut.

Baca juga: Diaspora Indonesia Hidup di Tengah Perang Ukraina: Mati Lampu 10 Jam, Ketakutan Disetop Tentara

Ukraina mencapai titik terendahnya pada tahun 2022. Jadi satu-satunya cara adalah naik. Ini menurut sembilan dari 10 orang Ukraina memandang tahun 2023 dengan optimisme, dan hanya 6 persen yang pesimis, kata jajak pendapat Rating Group.

Pernah sangat terpolarisasi antara provinsi timur dan selatan yang berbahasa Rusia dan provinsi tengah dan barat yang berbahasa Ukraina, negara bekas Soviet itu kini telah mengalami kesatuan emosional dan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Di tenggara kota Mariupol, para penyintas saling membantu menemukan air dan makanan di tengah baku tembak yang tak henti-hentinya.

Di wilayah barat, penduduk yang pernah mengejek penutur bahasa Rusia menyambut jutaan "orang timur" yang jadi korban perang.

Baca juga: Rusia Mau Dialog dengan Ukraina asal Kyiv Rela Wilayahnya Dicaplok Rusia

Di Kyiv, orang bertukar tips tentang cara mengawetkan makanan dan menghangatkan kamar tidur mereka dengan perangkat darurat di tengah pemadaman listrik selama berjam-jam.

“Ada lebih banyak solidaritas, kepercayaan spontan, dan kerja sama,” kata psikolog Chunikhina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com