Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Alasan Mengapa Pemakaman Paus Benediktus Unik Dalam Sejarah Katolik

Kompas.com - 05/01/2023, 22:01 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

Namun, kematian Selestinus terjadi dalam situasi yang sangat berbeda dari Benediktus XVI: penerusnya, Bonifasius VIII, khawatir Selestinus akan dipandang sebagai santo dan merasa terancam oleh potensi perpecahan di Gereja. Karena itu Bonifasius VIII memerintahkan penangkapan Selestinus.

Selestinus V meninggal dunia di dalam sebuah menara setelah 10 bulan dikurung, dan waktu itu tentu saja tidak ada pemakaman resmi yang diselenggarakan untuknya.

Pengunduran diri paus lainnya yang tercatat dalam sejarah tidak dilakukan secara sukarela, atau terjadi akibat pertengkaran internal.

Bahkan, pengunduran diri formal terakhir kali dilakukan pada 1415, ketika Gregorius XII, di tengah-tengah peristiwa yang disebut perpecahan Barat, mundur di bawah tekanan politik - dan penerusnya tidak dipilih sampai setelah ia meninggal, dua tahun kemudian.

Baca juga: Saat Puluhan Ribu Orang Beri Penghormatan pada Paus Benediktus...

2. Tidak diikuti pemilihan

Salah satu peristiwa utama setelah kematian seorang paus adalah penunjukan penggantinya, yang harus dilakukan sesegera mungkin.

Pada tahun-tahun awal agama Kristen, para pemimpin dipilih dari antara para Rasul, dan kemudian di antara para pendiri gereja-gereja regional seiring Gereja dan Kristen berkembang.

Tetapi kemudian proses yang dikenal sebagai konklaf (dari bahasa Latin cum clavis, "dengan kunci") mulai berlaku, sebuah majelis kardinal yang "mengunci diri" di dalam sebuah ruangan untuk menunjuk pemimpin baru.

Baca juga: Kata-kata Terakhir Paus Benediktus XVI Sebelum Meninggal

Cara menjalankan praktik ini sangat bervariasi selama berabad-abad (beberapa konklaf berlangsung selama bertahun-tahun), tetapi protokol standarnya adalah bahwa para kardinal bertemu di Kapel Sistina yang terkenal di Vatikan.

Di balik pintu tertutup dan melalui beberapa sesi pemungutan suara, mereka memilih nama orang yang akan menjadi pemimpin Gereja Katolik berikutnya.

Ketika suara mayoritas tercapai, suatu zat akan dibakar untuk menghasilkan asap putih - sebuah tanda bagi dunia bahwa paus baru telah terpilih.

Kali ini tidak akan ada konklaf atau asap putih. Sebab proses pemilihan sudah selesai setelah pengunduran diri Benediktus XVI pada 2013, yang berujung pada pengangkatan Jorge Bergoglio yang kemudian mengganti namanya menjadi Fransiskus I.

Baca juga: Paus Benediktus XVI Meninggal, Jenazah Disemayamkan 3 Hari di Basilika Santo Petrus

3. Tidak ada penghancuran Cincin Nelayan

Benediktus XVI mengenakan cincin kepausan pribadinya.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Benediktus XVI mengenakan cincin kepausan pribadinya.

Setelah diangkat, setiap paus menerima regalia dan lencana Sri Paus, beberapa atribut pakaian yang dengan jelas menandakan dirinya sebagai kepala Gereja Katolik dan penguasa Negara Kota Vatikan.

Di antaranya, baju jubah putih dengan pellegrina atau jubah pendek, ferula paus (tongkat dengan salib di atasnya), dan Cincin Nelayan (Ring of the Fishermen), cincin emas dengan gambar Santo Petrus di atas perahu sedang menjaring ikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com