KOMPAS.com - China mungkin sedang melonggarkan sejumlah pembatasan Covid, tapi kebijakan pandemi yang sangat ketat membuat banyak warganya mencari negara lain untuk ditinggali agar punya masa depan yang lebih baik, apa pun risiko yang akan mereka hadapi.
Tiga hari perjalanan di belantara hutan hujan tropis Amerika Tengah, sekitar 15.000 kilometer (9.300 mil) jauhnya dari rumah, keluarga Sun memutuskan untuk membuang perlengkapan kemah untuk meringankan beban perjalanan.
Mereka mengira bisa keluar dari hutan pada malam harinya. Alih-alih keluar dari hutan, mereka justru masih terdampar di tengah hutan dengan hujan lebat.
Baca juga: Taiwan Sebut China Kerahkan 71 Pesawat Tempur dalam Latihan Perang
Malam itu, Sun Jincai, istri beserta tiga anaknya - masing-masing berusia enam, sembilan dan 11 tahun - masuk ke dalam tenda kecil yang mereka temukan di jalan setapak.
Sepertinya itu adalah tenda yang ditinggalkan oleh imigran lain, sama seperti mereka.
Di tenda kecil itu, mereka berusaha mengabaikan air dingin yang menetes dari atap tenda yang tipis.
"Untungnya, tak ada satu pun dari kami yang sakit," kata Sun.
Ini hanya satu dari banyak rintangan berbahaya yang mereka lalui dalam perjalanan dari China ke Amerika Serikat.
Sun, 34 tahun, istri dan anak bungsunya dulu menghabiskan sebagian besar waktunya di wilayah pesisir China, di mana pekerjaan melimpah ruah.
Dua anaknya yang lain tinggal bersama kakeknya sekitar 400 mil dari Jianxi, provinsi yang terkurung daratan di timur China. Mereka tinggal di sana karena sulit untuk mendapatkan sekolah di wilayah rumahnya.
Baca juga: Singapura Batasi Penjualan Panadol Usai Banyak Diburu Warga karena Lonjakan Covid di China
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.