Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pelarian Warga China ke AS, Lewat Rute Migran Paling Berbahaya di Dunia

Kompas.com - 26/12/2022, 23:17 WIB
BBC INDONESIA,
Bernadette Aderi Puspaningrum

Tim Redaksi

“Rute jalan kaki”

Jalur Darien Gap yang mereka ambil dikenal sebagai zouxian, yang secara kasar diterjemahkan sebagai "rute jalan kaki".

Pencarian kata "zouxian" di internet memunculkan ribuan unggahan di Twitter, YouTube, dan aplikasi China seperti Douyin dan Xiaohongshu.

Sejumlah imigran China membuat grup obrolan di Telegram untuk menghindari sensor di WeChat.

Mereka yang berhasil melakukan perjalanan ini ke AS, kemudian membagikan saran yang teliti, termasuk lokasi untuk penukaran uang, bagaimana menghindari petugas imigrasi.

Bahkan bagaimana mengemas barang kebutuhan yang efektif selama perjalanan di dalam hutan.

"Selalu teliti dengan rencana pemesanan hotel, dan penerbangan untuk kembali," saran salah satu imigran.

"Anda tidak harus mengemas semua perabotan rumah," kata imigran lainnya sambil memamerkan foto sebuah tas ransel.

"Kalau mereka bisa bertahan dengan ini, Anda juga bisa."

Baca juga: Bermimpi Jadi Tentara, Pria China Menyamar Kolonel Gadungan untuk Pikat Wanita

“Popularitas kata zouxian baru-baru ini, membuktikan makin membesarnya modal nekat bagi sejumlah imigran untuk meninggalkan China,” kata Alexis Zhou peneliti lepas yang menulis tentang migrasi orang China di Amerika Utara.

Menurutnya, sejak pandemi sangat sulit bagi rata-rata orang China untuk mendapatkan visa dari Meksiko atau negara-negara di Amerika Tengah.

"Zouxian mungkin satu-satunya cara bagi mereka untuk mencapai Amerika Serikat."

Kronologi perjalanan

Saat mereka melakukan perjalanan ke luar negeri, Sun mulai mendokumentasikan perjalanan dengan foto paspor keluarganya dan tiket pesawat melalui Twitter, seperti rekan senegaranya yang ia temui di media sosial.

"Akhirnya, keluarga kami berhasil," tulisnya dalam bahasa China, "Semoga saya beruntung."

Selama berminggu-minggu di perjalanan dia mengunggah konten terbaru. Anaknya menuruni tangga marmer di bandara internasional Makau.

Keluarga ini kemudian singgah sebentar di Taipei sebelum terbang ke Thailand, lalu ke Turki - di mana Sun mengambil foto sebuah pelabuhan diselimuti cahaya senja.

Mereka akhirnya mendarat di Quito, Ekuador - satu-satunya negara di benua Amerika yang tidak mewajibkan visa bagi pengujung asal China.

Baca juga: Cerita Warga China Hidup Setelah Pemerintah Longgarkan Aturan Covid-19

Ekuador adalah negara terakhir sebelum mereka memulai bagian perjalanan yang paling berbahaya.

Video yang ditampilkan di media sosial jauh lebih serius saat keluarga ini menuju Darien Gap dengan perahu bersama dengan imigran lain dari seluruh dunia, sebelum akhirnya mereka duduk di pedati yang ditarik seekor bagal - hewan campuran keledai dan kuda.

Dari sana, mereka menuju ke hutan hujan tropis yang tak memiliki jalur jalan daratan.

Pada satu bagian perjalanan, seorang imigran lain tampak memegangi tangan anak Sun yang berusia enam tahun saat rombongan mereka melalui jalur berlumpur di hutan.

Bagian lainnya, Sun terlihat menghibur anak-anaknya setelah mereka ditahan oleh otoritas dari Meksiko.

Tapi bagian yang paling berbahaya dan sering tidak terekam oleh kamera adalah saat mereka mengarungi sungai yang ada di dalam hutan. Istri Sun sempat terseret arus yang deras.

“Dia hampir kehilangan nyawa kalau tidak ditolong tiga imigran dari Amerika Selatan dengan segera,” kata Sun.

Karena keterbatasan bahasa, antara imigran China dan Amerika Selatan dalam satu kelompok ini tidak banyak bicara, katanya. "Tapi kami semua bersama-sama."

Baca juga: Balas Dendam, China Sanksi 2 Warga AS

Keluarga Sun akhirnya berhasil sampai ke California di mana Sun mendapat pekerjaan di pergudangan karena ada jaringan dari diaspora China.

Seluruh perjalanan dari China ke Amerika menghabiskan waktu tiga bulan, katanya.

“Kehilangan harapan”

Wentao (30 tahun) melakukan perjalanan ke AS selama tiga minggu dari timur China. Di kampung halamannya, ia kerja serabutan seperti mengajar ilmu bela diri, dan memperbaiki komputer.

Sama seperti Sun, kebijakan nol-Covid dan kendali politik yang kuat membuatnya berpikir tak ada masa depan lagi bagi dirinya.

Karena khawatir dengan keselamatan keluarganya di kampung halaman, ia hanya memberi nama depannya saja untuk cerita ini.

Wentao memutuskan untuk pergi ketika China menghapus batas jabatan presiden. Hal yang membuka jalan bagi Xi Jinping untuk memerintah negara tersebut tanpa batas.

Pada Oktober, Xi kembali duduk sebagai presiden untuk ketiga kalinya. Di bawah Xi, Beijing telah memperketat kendali atas ekonomi, mengeluarkan peraturan yang ketat di sektor swasta.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com