Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mayoritas Orang AS Anggap Media Sosial Buruk bagi Demokrasi

Kompas.com - 07/12/2022, 16:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber The Hill

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Sebuah studi baru dari Pew Research Center menyurvei pendapat orang-orang dari 19 negara maju secara ekonomi tentang media sosial dan internet.

Temuan survei menunjukkan bahwa orang Amerika adalah yang paling skeptis tentang media sosial.

Dilansir dari The Hill, 65 persen responden survei dari AS mengatakan mereka yakin platform media sosial seperti Facebook, Twitter, TikTok, dan YouTube berdampak buruk bagi demokrasi.

Baca juga: Xi Jinping, Resesi, dan Demokrasi

Survei Pew Research Center yang baru menemukan bahwa sebagian besar orang dewasa AS merasa bahwa media sosial berdampak buruk pada kesehatan demokrasi.

Peneliti Pew mensurvei 19 negara bersama dengan Amerika Serikat termasuk Perancis, Israel, Inggris, Australia, dan Kanada.

Dari negara-negara yang disurvei, rata-rata 57 persen responden mengatakan mereka percaya media sosial lebih baik daripada buruk bagi demokrasi negara mereka, sementara 35 persen mengatakan mereka percaya itu buruk.

Tetapi jumlah itu secara drastis lebih kecil di antara responden dari Amerika Serikat.

Baca juga: 2.000 Pejuang Pro-demokrasi Myanmar Disebut Tewas Lawan Junta Militer

Hanya 34 persen responden AS yang mengatakan menurut mereka platform media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram, dan WhatsApp baik untuk demokrasi, sementara 64 persen mengatakan bahwa mereka berdampak buruk.

Lebih banyak orang dari AS percaya platform dan internet secara umum telah memperdalam perpecahan politik daripada negara lain yang disurvei.

Menurut survei, 79 persen responden AS mengatakan mereka percaya akses ke internet dan platform media sosial membuat orang lebih terbagi dalam pendapat politik mereka.

Dan 69 persen mengatakan menurut mereka internet dan media sosial telah membuat orang menjadi kurang sopan dalam cara mereka berbicara kepada orang lain tentang politik.

Baca juga: Piala Dunia: Federasi Sepak Bola AS Sempat Hilangkan Lambang Bendera Iran di Media Sosial

Munculnya platform media sosial telah membuat ruang virtual ini menjadi ruang diskusi umum untuk masalah politik dan sosial.

Tetapi banyak penelitian telah menunjukkan bahwa ruang gema yang terbentuk di platform ini bersama dengan penyebaran disinformasi dan potensi pengawasan politik sangat merusak demokrasi.

Sebagian besar responden survei Pew juga mengenali ancaman ini, terutama dalam hal penyebaran informasi yang salah.

Baca juga: Media Asing Sorot Pengesahan KUHP yang Larang Seks di Luar Nikah di Indonesia: Kemunduran Kebebasan Sipil

Rata-rata 84 persen responden dari semua negara yang disurvei mengatakan bahwa mereka percaya media sosial dan akses ke internet memudahkan untuk memanipulasi orang dengan rumor dan informasi yang salah.

Analisis lain dari survei yang sama menemukan bahwa 70 persen responden di 19 negara yang disurvei meyakini bahwa penyebaran informasi palsu secara online sebagai ancaman besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com