Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Protes Pecah, Xinjiang China Longgaran Pembatasan Covid-19

Kompas.com - 28/11/2022, 19:59 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

BEIJONG, KOMPAS.com – Otoritas Xinjiang, China melonggarkan beberapa pembatasan Covid-19 di ibu kotanya, Urumqi pada Senin (18/11/2022).

Kebijakan ini keluar setelah protes pecah di Urumqi dengan para demonstran menyalahkan kebijakan pembatasan Covid memicu kebakaran mematikan.

Para pejabat Xinjiang mengumumkan, penduduk di kota Urumqi dapat berkeliling dengan bus untuk menjalankan tugas di distrik asal mereka mulai Selasa (29/11/2022).

Baca juga: Protes Pecah di Xinjiang dan Beijing setelah Kebakaran Mematikan di Tengah Lockdown

Operasional bisnis penting tertentu di area "berisiko rendah" juga diperbolehkan untuk dijalankan lagi dengan syarat kapasitas hanya 50 persen.

Layanan angkutan umum dan penerbangan juga akan dilanjutkan kembali “dengan tertib".

Tak hanya itu, pejabat mengatakan Urumqi juga akan melanjutkan layanan pengiriman paket.

Sebelumnya, 10 orang dilaporkan tewas ketika kobaran api melanda sebuah bangunan tempat tinggal di Urumqi pada Kamis (24/11/2022) malam.

Insiden ini telah mendorong massa turun ke jalan di beberapa kota di China akhir pekan ini untuk memprotes kebijakan ketat nol-Covid di negara itu.

Banyak pengguna media sosial menyalahkan lockdown Covid-19 di Urumqi karena menghambat upaya penyelamatan.

Baca juga: Indonesia Tolak Isu Uighur di Xinjiang Dibahas di Dewan HAM PBB

Namun, para pejabat justru mengatakan mobil pribadi menghalangi petugas pemadam kebakaran.

Dilansir dari Kantor berita AFP, Juru bicara kementerian luar negeri China China Zhao Lijian pada Senin mengecam "pasukan dengan motif tersembunyi" karena menghubungkan kebakaran dengan Covid-19.

Dorongan nol-Covid China yang tak henti-hentinya telah memicu protes dan memukul produktivitas di ekonomi terbesar kedua di dunia, karena publik semakin lelah dengan penguncian cepat, karantina yang panjang, dan kampanye pengujian massal.

Serangkaian aturan baru yang diumumkan oleh China pada awal bulan ini tampaknya menandakan pergeseran dari strategi itu.

China sebenarnya telah melonggarkan persyaratan karantina untuk memasuki negara itu dan menyederhanakan sistem untuk menetapkan area berisiko tinggi.

Tetapi, para pejabat baru-baru ini harus mengambil keputusan menutup sebagian besar ibu kota China karena jumlah kasus nasional melonjak melewati angka 30.000 dalam beberapa hari terakhir ke rekor tertinggi.

Kemarahan publik memuncak pada akhir pekan ketika ratusan orang berkumpul di kampus universitas dan kota-kota di seluruh negeri menuntut diakhirinya kebijakan nol-Covid.

Di Beijing, pemerintah kota mengatakan pada Minggu sore bahwa mereka tidak akan mengizinkan penutupan wilayah pemukiman selama lebih dari 24 jam.

Baca juga: Dewan HAM PBB Tolak Debat soal Pelanggaran HAM China di Xinjiang, Ini yang Terjadi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com