Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahathir Kalah Telak di Pemilu Malaysia, Akhir Pahit 75 Tahun Karier Politik?

Kompas.com - 20/11/2022, 21:02 WIB
Ericssen,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

LANGKAWI, KOMPAS.com – 75 tahun karier politik Mahathir Mohamad berakhir. Namun, perjalanan legenda politik Malaysia itu berakhir memilukan.

Mahathir harus menyudahinya dengan kekalahan telak mengejutkan di daerah pemilihan (dapil) Langkawi pada pemilihan umum atau pemilu Malaysia, Sabtu (19/11/2022).

Dr M, demikian dia sering dijuluki, hanya mampu meraih 9,62 persen suara, berbanding kontras ketika dia memenangi dapil ini dengan 54,90 persen suara pada pemilu 2018.

Baca juga: Mahathir Kalah di Pemilu Malaysia, Kegagalan Pertamanya dalam 53 Tahun

Mahathir bahkan hanya berada di urutan keempat, jauh di belakang kandidat dari tiga koalisi utama Perikatan Nasional, Barisan Nasional, dan Pakatan Harapan.

Raihan suara di bawah 12,5 persen membuat Mahathir harus kehilangan deposit uang pemilu yang harus diserahkan setiap kandidat yang akan bertanding, suatu simbol politik yang sangat memalukan bagi perdana menteri terlama dalam sejarah Malaysia itu.

Berakhirnya era Mahathir

Walau pesona politiknya memudar, analis politik masih optimis Mahathir yang sangat populer di Langkawi akan kembali ke parlemen "Negeri Jiran”.

Sosoknya yang sangat dihormati ditambah jasanya mengembangkan Langkawi menjadi destinasi wisata internasional bukanlah hal yang dapat dilupakan begitu saja.

Namun, hasil pemilu ini menjadi sinyal jelas berakhirnya era Mahathir yang mendominasi kancah politik Malaysia sejak tahun 1970-an.

Para pemilih Pakatan Harapan masih berang dengan penolakan penyerahan kekuasaan kepada Anwar Ibrahim seperti yang dijanjikan setelah kemenangan mengejutkan Pakatan pada pemilu 2018.

Politisi yang telah menginjak usia 97 tahun itu dinilai sebagai biang kerok krisis politik berkepanjangan Malaysia yang membuat Malaysia memiliki tiga perdana menteri dalam dua tahun.

Banyak yang menduga Mahathir sejak awal memang tidak pernah menginginkan Anwar menjadi suksesornya.

Hal ini membuat Mahathir jelas tidak dapat lagi diterima oleh blok pemilih moderat, liberal yang cenderung reformis dan pemilih suku non-Melayu.

Baca juga: Anwar Ibrahim Vs Muhyiddin Yassin, Siapa PM Baru Malaysia?

Sementara itu, pemilih dari suku Melayu yang mendominasi demografi Langkawi juga menolak suami Siti Hasmah itu, karena keputusan-keputusannya yang dinilai menepikan suku mayoritas Melayu tersebut ketika berkuasa untuk kedua kalinya.

Mahathir sering diolok-olok disandera oleh Partai Aksi Demokratik (DAP) yang identik dengan suku Tionghoa Malaysia.

Krisis ekonomi dan pariwisata yang melanda Langkawi sejak pandemi Covid-19 juga membuat pemilih setempat mempertanyakan apa yang telah dilakukan Mahathir sejak dipercaya mewakili mereka.

Kekalahan Mahathir juga tidak lepas dari faktor usianya yang sudah menjelang satu abad. Tidak sedikit pemilih yang menilai sudah selayaknya dia pensiun untuk regenerasi politik ke kaum politisi muda.

Setelah lengser dari kursi PM dan keluar dari Partai Bersatu yang didirikannya, Mahathir mendirikan Partai Pejuang dan membentuk koalisi baru bernama Gerakan Tanah Air.

Namun, partai baru ini tidak dapat menarik perhatian pemilih, terbukti dari kalahnya seluruh 125 calon partai yang bertanding.

Baca juga: Pemilu Malaysia Tanpa Pemenang Mayoritas, Tsunami Hijau Partai Islamis Unggul Tak Terduga

Mahathir berkuasa dua kali dari tahun 1981-2003 dan 2018-2020. Dia diberi gelar Bapak Modernisasi Malaysia karena kesuksesannya mengubah perekonomian Malaysia yang sebelumnya sangat tergantung kepada pertanian menjadi berbasiskan industri dan manufaktur.

Di bawah kepemimpinannya, Malaysia membangun menara kembar Petronas yang menjadi simbol kebanggan Malaysia. Dia juga mengembangkan proyek-proyek mercusuar lain seperti mobil nasional Proton.

Akan tetapi, Mahathir juga kerap dikritik karena kebijakan Bumiputera-nya mengistimewakan suku Melayu di berbagai sektor mulai dari ekonomi hingga pendidikan.

Setelah pensiun pada 2003, Mahathir menjadi pengkritik terbesar dua penggantinya yakni Abdullah Ahmad Badawi dan Najib Razak.

Dr M akhirnya memutuskan kembali ke gelanggang politik beraliansi dengan musuh bebuyutannya, Anwar, untuk mengalahkan Najib yang terbelit skandal korupsi 1MDB.

Kemenangannya atas Najib pada pemilu Mei 2018 kerap disebut sebagai salah satu hasil pemilu paling mengejutkan dalam sejarah pemilu dunia.

Baca juga: Berbeda dengan Indonesia, Begini Cara Kerja dan Sistem Pemilu di Malaysia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com