Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasil Awal Pemilu Malaysia Menggantung, Partai-partai Utama Gagal Dapatkan Suara Mayoritas

Kompas.com - 20/11/2022, 09:21 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Hasil Pemilu Malaysia terbaru dari Komisi Pemilihan "Negeri Jiran" menunjukkan parlemen yang menggantung, karena tak ada partai politik yang memiliki cukup kursi untuk mendapatkan mayoritas secara keseluruhan dan membentuk pemerintahan.

Meski demikian, Mantan perdana menteri Malaysia Muhyiddin Yassin mengklaim telah mendapatkan cukup kursi untuk membentuk pemerintahan, sebagaimana dilansir Reuters pada Minggu (20/11/2022).

Dia menambahkan bahwa pihaknya bersedia bekerja sama dengan pihak manapun untuk mencapai jumlah yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan.

Baca juga: “Muka-muka Lama” Bersaing di Pemilu Malaysia, Siapa yang Akan Kembali Berkuasa?

Malaysia menghadapi parlemen gantung untuk pertama kalinya dalam sejarahnya karena dukungan untuk aliansi Islam konservatif mencegah koalisi besar memenangkan mayoritas suara dalam pemilihan umum pada Sabtu (19/11/2022).

Tanpa pemenang yang jelas, ketidakpastian politik dikhawatirkan akan berlanjut.

Padahal “Negeri Jiran” menghadapi perlambatan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan inflasi, setelah tiga kali mengganti perdana menteri dalam empat tahun.

Apa yang mungkin terjadi selanjutnya?

Dengan gagalnya partai-partai utama memenangkan mayoritas, mereka kini harus bergambung membangun aliansi mayoritas untuk membentuk pemerintahan.

Raja konstitusional Malaysia juga bisa terlibat, karena dia memiliki kekuasaan untuk menunjuk seorang anggota parlemen sebagai Perdana Menteri, yang dia yakini dapat memimpin mayoritas parlemen.

Koalisi pemimpin oposisi lama Anwar Ibrahim memenangkan kursi terbanyak dalam pemilihan umum Sabtu (19/11/2022), menurut hasil dari Komisi Pemilihan Malaysia.

Baca juga: Berbeda dengan Indonesia, Begini Cara Kerja dan Sistem Pemilu di Malaysia

Kejutan terbesar datang dari mantan perdana menteri Muhyiddin Yassin, yang memimpin blok Perikatan Nasional dengan kinerja yang kuat. 

Aliansi Muhyiddin mencakup partai konservatif Melayu-sentris dan partai Islamis. Ini dilaporkan berhasil menarik dukungan dari kubu-kubu tradisional pemerintah petahana.

Ras dan agama adalah isu yang memecah belah di Malaysia, di mana populasi etnis Melayu Muslim menjadi mayoritas dan etnis China dan India menjadi minoritas.

Baik Anwar maupun Muhyiddin mengaku mendapat dukungan untuk membentuk pemerintahan, meski tidak mengungkapkan dengan partai mana mereka bersekutu.

Muhyiddin mengatakan dia berharap untuk menyelesaikan diskusi pada Minggu (20/11/2022) sore.

Aliansinya adalah mitra junior dalam koalisi berkuasa Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob dan dapat bekerja dengan mereka lagi.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Malaysia Airlines Ditembak Rudal Rusia | Rusia Puji Deklarasi KTT G20

Anwar mengatakan dia akan mengirimkan surat kepada Raja Malaysia Al-Sultan Abdullah yang merinci dukungannya.

Jika Anwar merebut jabatan puncak, itu akan menjadi perjalanan yang luar biasa sepanjang 25 tahun karier politiknya.

Pasalnya politisi senior Malaysia itu telah merasakan jatuh bangun di dunia politik, dari “calon” perdana menteri yang dikhianati, menjadi seorang tahanan yang dihukum karena sodomi, hingga menjadi tokoh oposisi terkemuka negara itu.

 

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Israel Serang Rafah | Serangan Drone Terjauh Ukraina

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Israel Serang Rafah | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com