Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhir Raja Kripto Sam Bankman-Fried, Pendiri FTX yang Kehilangan Rp 500 Triliun dalam Hitungan Hari

Kompas.com - 19/11/2022, 18:31 WIB
BBC INDONESIA,
Bernadette Aderi Puspaningrum

Tim Redaksi

Itu adalah periode kejatuhannya yang memusingkan. Namun, kesuksesan Bankman-Fried juga punya kisah dramatisnya sendiri tentang risiko, penghargaan, dan sebuah beanbag.

Baca juga: Otoritas AS Minta Catatan Internal Binance, Selidiki Pencucian Kripto

Awal mula miliarder muda

Bankman-Fried berkuliah di Massachusetts Institute of Technology (MIT) - sebuah universitas riset AS bergengsi, tempat dia belajar fisika dan matematika.

Namun, sarjana muda yang cerdas itu mengatakan bahwa pelajaran-pelajaran yang dia dapat di asrama siswalah yang membuatnya menjadi kaya.

Dalam sebuah wawancara Radio BBC bulan lalu, dia ingat terseret dalam gerakan "altruisme yang efektif".

Altruisme yang efektif adalah komunitas orang-orang yang "mencoba mencari tahu hal-hal praktis apa yang dapat dilakukan dalam hidup untuk memberikan dampak positif sebanyak mungkin bagi dunia", katanya.

Jadi, seperti yang diingat oleh Bankman-Fried, dia memutuskan masuk ke dunia perbankan, untuk menghasilkan uang sebanyak yang dia bisa dan menyalurkannya ke tujuan yang baik.

Dia belajar perdagangan saham selama tugas singkat di perusahaan jual-beli saham bernama Jane Street di New York. Namun, dia bosan dan memutuskan untuk bereksperimen dengan Bitcoin.

Baca juga: Geng Kriminal di Brasil Manfaatkan Asep Kripto Cuci Uang dari Tambang Emas Ilegal

Dia memperhatikan variasi nilai Bitcoin di berbagai bursa mata uang kripto dan mulai melakukan arbitrase - membeli Bitcoin dari tempat yang menjualnya dengan harga murah dan menjualnya ke tempat lain yang memberikan harga lebih tinggi.

Setelah sebulan menghasilkan keuntungan yang tidak terlalu tinggi, dia berkumpul dengan beberapa teman kuliahnya dan memulai bisnis jual-beli saham bernama Alameda Research.

Bankman-Fried mengatakan langkah itu tidak mudah dan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menyempurnakan teknik memindahkan uang masuk dan keluar dari bank dan lintas perbatasan negara.

Namun, setelah sekitar tiga bulan, dia dan tim kecilnya mendapatkan durian runtuh.

"Kami sangat sabar," katanya dalam podcast Jax Jones and Martin Warner Show setahun yang lalu.

"Kami terus menjalaninya. Jika seseorang berupaya menghalangi, kami menjadi kreatif, dan jika sistem kami tidak dapat menanganinya, kami membangun sistem baru untuk membawa kami melewati rintangan itu."

Baca juga: Ratu Kripto Masuk Daftar 10 Buronan Paling Dicari FBI, Ada Hadiah Rp 1,5 Miliar untuk Informan

Pada Januari 2018, timnya menghasilkan 1 juta dollar AS (sekitar Rp15,5 miliar) setiap hari.

Seorang reporter bisnis CNBC baru-baru ini bertanya kepada Bankman Fried, bagaimana rasanya menghasilkan uang sebanya itu.

Secara intelektual dan menurut metodologinya, katanya, "itu masuk akal. Tapi secara mendalam, itu mengejutkan saya setiap hari," katanya.

Sam Bankman-Fried resmi menjadi miliarder pada 2021, berkat bisnis sekundernya yang lebih terkenal, FTX.

Bursa kripto itu tumbuh menjadi yang terbesar kedua di dunia dan raksasa di industrinya, dengan perdagangan per harinya mencapai 10-15 miliar dollar AS (sekitar Rp1.553-2.329 triliun).

Baca juga: Aset Kripto Anjlok, Penggalangan Dana untuk Ukraina Ikut Babak Belur

Masa-masa kejayaan

Pada awal 2022, FTX memiliki nilai 32 miliar dollar AS (sekitar Rp497 triliun) dan merupakan merek populer, sampai digunakan untuk nama stadion NBA dan mendapat dukungan dari pesohor seperti Tom Brady dari NFL.

Sementara itu, Bankman-Fried tampaknya senang memberi tahu pengikut Twitter-nya tentang gaya hidupnya.

Dia sering tidur di beanbag di sebelah mejanya di kantor, katanya, dengan foto dia berbaring di sebelah stafnya, di dekat perangkat mereka.

Di tempat lain, dia membuat unggahan pada dini hari. "Tidak bisa tidur. Kembali ke kantor," tulisnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com