Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bentrokan Pecah di Peru antara Polisi dan Pengunjuk Rasa yang Menuntut Presiden Castillo Mundur

Kompas.com - 07/11/2022, 12:31 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber BBC

LIMA, KOMPAS.com - Polisi anti huru hara menggunakan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa di ibu kota Peru, Lima, saat ribuan orang turun ke jalan dalam demonstrasi anti-pemerintah di seluruh negeri.

Demonstran menuntut agar Presiden Peru Pedro Castillo mengundurkan diri atas tuduhan korupsi.

Pemimpin sayap kiri, yang secara tak terduga memenangkan kekuasaan tahun lalu, menjadi subjek dari enam investigasi kriminal - tetapi menyangkal melakukan kesalahan.

Baca juga: 70 Turis Lokal dan Asing Ditahan oleh Penduduk Asli Amazon di Peru

Saat ini, Peru menghadapi sejumlah masalah ekonomi, termasuk lonjakan biaya hidup.

Negara Amerika Selatan ini sangat terpukul oleh Covid-19, dan tingkat kemiskinan diperkirakan akan tetap di atas tingkat pra-pandemi selama dua tahun ke depan, menurut Bank Dunia sebagaimana dilansir BBC.

Castillo memenangkan kursi kepresidenan dengan janji mempersempit kesenjangan antara si kaya dan si miskin, tetapi Kongres yang didominasi oleh anggota parlemen oposisi telah menghalangi banyak rencananya.

Salah satu pengunjuk rasa pada Sabtu (6/11/2022) mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa dia mengambil bagian demi anak dan cucunya, karena "pemerintah ini menjadi sangat berantakan".

Yang lain mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa negara itu "di tepi jurang; secara ekonomi semuanya mandek".

Baca juga: Gempa M 5,9 Terjadi di Jepang dan Peru, Belum Ada Laporan Korban

Tidak ada korban luka yang dilaporkan segera setelah polisi menembakkan tabung gas air mata di Lima dalam upaya untuk menghentikan demonstran mencapai gedung-gedung pemerintah.

Protes juga dilaporkan di beberapa kota Peru lainnya, sementara kelompok pendukung Castillo mengorganisir pawai mereka sendiri di alun-alun Lima.

Setelah kemenangannya pada 2021 dalam pemungutan suara yang sangat terpolarisasi, Castillo selamat dari dua upaya pemakzulan untuk menggulingkan dia dari jabataannya.

Pria berusia 53 tahun itu juga menjadi subjek pengaduan konstitusional bulan lalu dari jaksa agung, yang menuduh Castillo dan anggota keluarganya berada di belakang organisasi kriminal.

Mantan guru sekolah dan pemimpin unjuk rasa massa itu bersikeras bahwa dia dan kerabatnya tidak melakukan pelanggaran. Castillo kemudian mengeluh bahwa saingannya berusaha untuk menggulingkannya.

Baca juga: Di Tragedi Stadion Peru, Komandan Polisi yang Beri Perintah Tembakkan Gas Air Mata Dihukum Penjara

Dalam kicauan yang membela dirinya pada Sabtu (5/11/2022), Castillo menuding "musuh biasa" telah memicu "tuduhan palsu." Dia pun bersumpah untuk terus berjuang untuk membebaskan orang dari ketidaksetaraan.

Peru telah menyaksikan sejumlah presiden digulingkan dari jabatannya dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2020, negara ini memiliki tiga kepala negara dalam waktu lima hari.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com