LIMA, KOMPAS.com – Tragedi stadion Peru terjadi pada 1964.
Lebih dari 300 orang tewas ketika pertandingan antara Timnas Peru melawan Argentina ricuh setelah gol tim tuan rumah dianulir.
Suporter Peru menyerbu lapangan dalam pertandingan kualifikasi untuk Olimpiade Tokyo 1964 itu, dan polisi meresponsnya dengan menembakkan gas air mata ke kerumunan di Estadio Nacional Peru.
Baca juga: 14 Tragedi Sepak Bola di Dunia yang Tewaskan Banyak Suporter di Stadion
Hal ini menyebabkan massa berdesakan menuju pintu keluar yang terkunci.
Data resmi korban yang tewas adalah 328, namun jumlah korban secara keseluruhan mungkin lebih tinggi karena angka resmi itu tidak termasuk korban yang tewas tertembak dalam bentrok antara suporter dan aparat keamanan di luar stadion.
"Ada banyak laporan saksi mata tentang orang-orang yang tewas karena luka tembak, tapi hakim yang ditunjuk untuk menyelidiki ini, Benjamin Castaneda, tidak pernah menemukan jenazah-jenazah itu untuk membuktikannya," kata wartawan BBC Sport, Piers Edwards pada 2014, tepat 50 tahun setelah tragedi olahraga terburuk di dunia itu.
Jorge Azambuja, komandan polisi yang memerintahkan penembakan gas air mata dijatuhi hukuman 30 bulan penjara.
Terhukum lainnya adalah Hakim Castaneda sendiri.
Dia didenda karena terlambat menyerahkan laporannya enam bulan, dan karena gagal menghadiri semua 328 otopsi seperti yang seharusnya dia lakukan.
Baca juga:
Laporannya ditolak.
Sekarang, Castaneda sudah meninggal.
Dia berkata pada 2000, "Saya bertanya di mana-mana tentang mayat-mayat itu tetapi tidak pernah menemukan apa pun. Mereka mengatakan -tanpa konfirmasi resmi dalam bentuk apa pun- mereka (mayat-mayat) dikebumikan di Callao".
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.