Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Mengumpulkan Sampah Luar Angkasa, Ciptakan Robot untuk "Menyapu"

Kompas.com - 05/11/2022, 23:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

BERN, KOMPAS.com - Lebih dari satu juta objek yang berukuran lebih dari 1 Sentimeter (Cm) mengitari Bumi di luar angkasa. Itu perkiraan European Space Agency atau ESA. Satu waktu nanti, dikhawatirkan lapisan sampah angkasa berukuran kecil itu akan menghalangi peluncuran roket.

Luc Piguet dan perusahaan startup Clearspace ingin menawarkan solusi bagi masalah ini. "Satelit tambah lama tambah banyak," kata Piguet. Tapi masalahnya bukan jumlahnya saja, melainkan juga kecepatan.

Sebuah satelit mengitari Bumi dalam satu setengah jam, demikian dijelaskan Piguet. Dalam jangka waktu itu, satelit bisa dua kali memasuki jalur rotasi satelit lainnya.

Selama satelit bisa dikendalikan, tidak masalah. Tapi jika ada kerusakan, satelit ibaratnya tembakan tak terkendali, ungkap Piguet.

Baca juga: Sampah Luar Angkasa China Masuk Lagi ke Bumi Secara Tak Terkendali, Spanyol Tutup Wilayah Udara

Sampah jadi ancaman di ruang angkasa

Sampah angkasa mengitari Bumi dengan kecepatan hampir 36.000 Kilometer (Km) per jam dan merusak segalanya yang berada di jalur orbitnya.

Dengan penugasan dari ESA, perusahaan Clearspace kini membuat robot yang akan menangkap sampah-sampah di luar angkasa. Perusahaan kecil itu berlokasi di Lausanne dan mengalahkan pesaing internasional yang lebih besar.

"Tujuan Clearspace adalah menjadi petugas pemberi bantuan di luar angkasa," kata Piguet.

Dia menambahkan, "jika ada satelit yang rusak, kami mengambil satelit itu, dan membuatnya tidak berbahaya lagi."

Baca juga: Stasiun Luar Angkasa Tiangong China Segera Selesai, Modul Terakhir Terpasang

Pertama-tama, Clearspace akan membuang bongkah yang ukurannya sebesar lemari es, yang dulunya berfungsi jadi roket pembawa satelit. "Objek yang akan kami tangkap, bentuknya seperti kapsul kopi," tutur Piguet.

Segera setelah robot mendekati objek yang tak terkontrol itu, robot akan memperhitungkan jalur terbang yang optimal. Setelah itu, dia akan lebih mendekati dan menangkap objek dengan tangan robot.

Langkah terakhir, objek itu akan distabilkan, dan kembali ke atmosfer, di mana semuanya akan terbakar.

Dalam misi pertama tahun 2025, sampah dan robot akan sama-sama terbakar habis. Setelah itu, Clearspace akan membuat petugas pembersih di angkasa yang bisa dipakai berkali-kali. Itu sangat dibutuhkan sekarang karena bisnis satelit mini berkembang sangat pesat.

Baca juga: Wanita Jepang Diperas Pria yang Mengaku Kosmonot Rusia, Tergiur Janji Dinikahi Sepulang dari Luar Angkasa

Menempatkan Bumi dalam satu jaringan

Masalahnya, masa hidup satelit mini hanya sekitar tiga sampai lima tahun. Setelah itu, mereka akan mengitari Bumi sebagai sampah di luar angkasa. Walaupun satelit mini jadi salah satu masalah yang ingin diatasi Luc Piguet, ia juga melihat ada keuntungan dari segi teknologi.

Ia mengatakan, "Ini adalah upaya untuk menempatkan seluruh Bumi dalam satu jaringan, bahkan kawasan sabana di Afrika." 

Piguet menambahkan, "jadi tujuannya tidak mungkin melarang proyek-proyek semacam ini, melainkan kita harus menemukan cara untuk membuatnya berkelanjutan."

Ruang angkasa tanpa sampah, dan penyediaan internet bagi seluruh dunia. Tujuan startup ini sangat ambisius.

Baca juga: Viral Astronot Eropa Tampilkan Gerakan Yoga di Luar Angkasa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Tanggapi Pertemuan Putin-Xi Jinping, Gedung Putih: Bagus untuk Mereka

Tanggapi Pertemuan Putin-Xi Jinping, Gedung Putih: Bagus untuk Mereka

Global
Pasukan Israel Temukan 3 Jenazah Sandera di Gaza

Pasukan Israel Temukan 3 Jenazah Sandera di Gaza

Global
Penembakan di Afghanistan, 3 Turis Spanyol Tewas, 7 Lainnya Terluka

Penembakan di Afghanistan, 3 Turis Spanyol Tewas, 7 Lainnya Terluka

Global
[POPULER GLOBAL] Spanyol Tolak Kapal Bawa 27 Ton Bahan Peledak | Pasokan Medis Tak Bisa Masuk Gaza

[POPULER GLOBAL] Spanyol Tolak Kapal Bawa 27 Ton Bahan Peledak | Pasokan Medis Tak Bisa Masuk Gaza

Global
WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com