Kardinal Vinko Puljic, mantan pemimpin Gereja Katolik di Bosnia, yang memimpin upacara pemberkatan gereja baru itu mengatakan, "Keluarganya melakukan kawin campur. Ia seorang muslim dan istrinya Katolik, putri-putrinya menikahi lelaki Katolik. Inilah kekhasan negara ini di mana kita tinggal dengan perbedaan kita dan di mana kita dapat hidup bersama jika kita saling menghormati."
Upaya Smajic terbukti mengilhami warga lainnya. Satu di antaranya adalah Mihovil Klisanin, seorang penganut Katolik.
Baca juga: Retno dan Menlu Bosnia-Herzegovina Bertemu, Bahas Kerja Sama Pertukaran Keahlian Produksi Amunisi
"Kalau kita semua seperti dia, kalau kita semua memiliki rasa cinta satu sama lain, saya pikir negara ini akan begitu bahagia dan tak seorang pun yang akan pergi ke Jerman, Austria, atau Swiss lagi. Kita akan membuat Swiss di sini," ujarnya.
Sementara itu Frano Glavas, warga etnis Kroasia dari Bugojno yang kini bermukim di Kroasia mengatakan orang seperti Smajic sangat langka di Bosnia, terutama setelah konflik tragis di negara itu. Ia menggambarkan Smajic memiliki hati sebesar gunung.
Bagi Smajic, membangun kembali Bosnia dan hubungan yang pernah menautkan bangsa itu memerlukan kewaspadaan maupun empati, sambil menghindari politik yang memecah belah yang terus mengobarkan api separatisme di negara itu.
“Jika kalian mencintai negara ini dan jika kalian mencintai orang-orang ini, maksud saya semua rakyatnya, kita harus bekerja melawan para politisi,” kata Smajic. “Dari lembah ini akan muncul pesan perdamaian, kasih dan respek bagi semua orang.”
Artikel ini pernah tayang di VOA Indonesia dengan judul Gereja Bantu Jembatani Perpecahan yang Dalam di Bosnia.
Baca juga: Kosovo dan Bosnia Serukan Niat Masuk NATO Khawatir Perang di Ukraina Tak Kunjung Usai dan Menyebar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.