PRISTINA, KOMPAS.com - Pemimpin Kosovo dan Bosnia-Herzegovina mengatakan bergabung dengan NATO akan membantu menjaga keamanan regional, pengaruh Rusia semakim meningkat di Balkan Barat dan perang yang berkecamuk di Ukraina.
Sejak 24 Februari, kekhawatiran bahwa konflik dapat menyebar telah membara di Balkan Barat. Pasalnya invasi Rusia ke Ukraina diluncurkan dengan alasan keprihatinan utama dan penolakan Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap potensi tetangganya menjadi anggota NATO
Baca juga: Parlemen Rusia: Insiden Bucha Panggung Sandiwara Barat
Dugaan gerakan Rusia di Balkan Barat didokumentasikan selama bertahun-tahun. Termasuk upaya memfasilitasi kudeta di Montenegro dan Makedonia Utara, sebelum mereka menjadi anggota NATO masing-masing pada 2017 dan 2020.
Bagi Kosovo dan Bosnia bergabung dengan aliansi militer transatlantik yang dipimpin Amerika Serikat (AS), menjadikannya sebagai tujuan strategis. Utamanya setelah pembunuhan massal yang dilakukan oleh pasukan Serbia pada 1990-an, di bawah pemerintahan Presiden Serbia saat itu Slobodan Milosevic.
Kedua negara ini tetap menjadi anggota non-NATO terakhir di kawasan itu, selain Serbia yang memandang NATO sebagai “musuhnya”.
Pada 1999, NATO melakukan perang 78 hari melawan Serbia untuk mencegah genosida di Kosovo terhadap etnis Albania.
Bosnia saat ini berpartisipasi dalam Membership Action Plan (MAP), yang dilihat sebagai “langkah terakhir sebelum mendapatkan keanggotaan [NATO]”, menurut Menteri Pertahanan Bosnia Sifet Podzic dilansir dari Al Jazeera pada Selasa (5/4/2022).
Tetapi seperti halnya Kyiv, Moskwa telah memprotes tawaran NATO dari Sarajevo, meskipun ada jarak 2.400 km (1.500 mil) di antara mereka.
Kedutaan Rusia di Sarajevo memperingatkan tahun lalu bahwa Rusia “harus bereaksi terhadap tindakan bermusuhan ini”, jika Bosnia mengambil langkah-langkah menuju keanggotaan NATO.
Duta Besar Rusia untuk Bosnia-Herzegovina Igor Kalabukhov mengulangi pesan ini bulan lalu dalam sebuah wawancara dengan TV Bosnia, menggunakan invasi Rusia ke Ukraina sebagai contoh.
“Jika (Bosnia) memilih untuk menjadi anggota apa pun, itu adalah urusan internalnya. Tapi ada hal lain, reaksi kami,” katanya. “Kami telah menunjukkan apa yang kami harapkan pada contoh Ukraina. Jika ada ancaman, kami akan bereaksi.”
Bagi Presiden Kosovo Vjosa Osmani, peringatan Kalabukhov menunjukkan “bahwa Rusia memiliki kepentingan yang merusak di wilayah kami”.
“Mereka terutama memiliki minat untuk menyerang Kosovo, Bosnia-Herzegovina, dan sampai batas tertentu juga (anggota NATO) Montenegro,” Osmani mengatakan kepada Al Jazeera.
Serbia, dilihat sebagai proxy Rusia, dapat bertindak dengan Moskwa sambil merasa “berani mengingat apa yang terjadi di benua Eropa sekarang”, katanya.
“Pengaruh yang dimiliki Rusia di Serbia tidak berkurang, itu benar-benar tumbuh selama bertahun-tahun.”