Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemakaman Hong Kong Kewalahan karena Covid: Begitu Banyak Mayat Menumpuk

Kompas.com - 06/04/2022, 11:32 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

HONG KONG, KOMPAS.com - Peti mati kayu tradisional hampir habis di Hong Kong, sementara pihak berwenang kesulitan menambah ruang kamar mayat, untuk menampung korban meninggal akibat Covid-19 yang membanjiri rumah duka di kota pusat keuangan global itu.

"Saya belum pernah melihat begitu banyak mayat ditumpuk bersama-sama," kata direktur pemakaman Lok Chung (37 tahun).

Pihaknya telah bekerja sepanjang waktu, dengan sekitar 40 pemakaman diselenggarakan pada Maret, naik dari sekitar 15 dalam satu bulan rata-rata biasa.

Baca juga: 3 Tahun Covid-19, Asal-usul Corona Masih Penuh Tanda Tanya, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

"Saya belum pernah melihat anggota keluarga begitu sedih, sangat kecewa, sangat tidak berdaya," kata Chung, yang mengenakan setelan abu-abu dengan kaus polo hitam, kepada Reuters dilansir pada Rabu (6/4/2022).

Sejak gelombang kelima virus corona menghantam bekas jajahan Inggris tahun ini, Covid-19 Hong Kong melaporkan lebih dari satu juta infeksi dan lebih dari 8.000 kematian.

Adegan mayat yang ditumpuk di ruang gawat darurat di sebelah pasien telah mengejutkan banyak orang, karena tempat-tempat di kamar mayat telah terisi.

Penantian yang lama untuk memproses dokumen kematian telah menghambat pekerjaan, tambah Chung.

Minggu lalu, dia harus bergegas dari kamar mayat untuk membuat upacara akhir bagi pasien Covid-19 terbarunya.

Sementara itu, keluarga seorang wanita yang meninggal pada 1 Maret masih menunggu surat-surat untuk memungkinkan mereka mengklaim tubuhnya, tambahnya.

Baca juga: Wajah Semringah Singapura Tanpa Masker Covid-19

Yang juga mengaku kekurangan pasokan adalah replika kertas tradisional dari barang-barang, biasa berupa mobil hingga rumah dan barang-barang pribadi lainnya. Itu akan dibakar sebagai persembahan di pemakaman China, diyakini untuk digunakan orang mati di akhirat.

Sebagian besar keterlambatan disebabkan oleh kemacetan transportasi dari kota tetangga di China selatan, Shenzhen. Kota itu biasa memasok banyak barang, tetapi sekarang juga memerangi wabah Covid-19-nya sendiri.

Perbatasan dengan Hong Kong sebagian besar ditutup karena wabah Covid-19 yang memburuk.

Infeksi di antara staf di rumah duka juga menimbulkan tantangan yang signifikan, kata direktur pemakaman lainnya, Hades Chan, 31 tahun.

"Hampir seperempat orang tidak bisa bekerja. Jadi, beberapa panti harus mengumpulkan staf di antara mereka sendiri untuk tetap bekerja."

Baca juga: Tes Covid-19 Massal 26 Juta Orang di Shanghai, China Kerahkan Ribuan Personel Militer

Ibu rumah tangga Kate, 36 tahun, mengatakan kematian ayah mertuanya pada Maret akibat Covid-19 membawa penderitaan emosional yang besar pada keluarga. Menurutnya penyesalan terbesarnya adalah tidak dapat mengunjunginya di rumah sakit.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com