Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kudeta Militer Myanmar: Siapa yang Memenangkan Perang Saudara?

Kompas.com - 07/07/2022, 11:02 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Editor

Dalam sebuah artikel, situs berita militer War on the Rocks, menulis kelompok pemberontak sejauh ini sudah merekrut 100.000 pejuang.

Hanya saja, cuma sekitar 40 persen di antaranya yang memiliki senjata, termasuk senjata rakitan.

Baca juga: 328 Anak Tewas Sejak Kudeta Militer Myanmar

Analisa Davis memunculkan angka yang lebih kecil.

Menurutnya, Pemerintahan Persatuan Nasional (NUG) mengaku hanya merekrut antara 50.000 hingga 100.000 pejuang, dengan 25 persen di antaranya bersenjata.

Adapun Min Zaw Oo, pakar keamanan di Institut Perdamaian dan Keamanan (MIPS) di Myanmar, memperkirakan hanya 10 persen gerilyawan pemberontak yang memiliki senjata otomatis.

Dia mengaku angka tersebut dirangkum dari laporan NUG terkait senjata rampasan perang.

Kebanyakan artikel yang mencoba mewartakan perkembangan perang di Myanmar terutama mempermasalahkan keabsahan data yang ada.

Dalam artikelnya untuk Asia Times, Davis menulis "analisa menyeluruh menjadi rumit, karena tingginya frekuensi dan sebaran pertempuran kecil di seluruh negeri, serta minimnya pemberitaan imparsial dari medan tempur.

Wartawan lokal yang menggunakan nama samaran "Cape Diamond", mengatakan media independen di Myanmar tidak memberitakan "gambaran menyeluruh" dan seringkali "mengecilkan laporan kekalahan" Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF).

Baca juga: Dapat Dukungan China, Pemberontak Desak Junta Militer Myanmar Mulai Perundingan Damai

Menembus kabut perang di Myanmar

Sebab itu Min Zaw Oo merasa skeptis terkait berbagai analisa yang berusaha memberikan gambaran utuh situasi perang di Myanmar.

Sebagian laporan bersifat lokal dan sulit diverifikasi.

CSIS, yang mempublikasikan peta perang Myanmar, juga menggunakan dalih serupa.

"Peta ini tidak berusaha memastikan siapa yang menang di Myanmar, melainkan menekankan bahwa kudeta telah mengubah pola pertempuran dengan munculnya aktor dan aliansi baru, dengan dampak berbeda-beda di seluruh negeri."

Menurut CSIS, satu-satunya yang bisa dipastikan di Myanmar adalah intensitas yang tinggi dalam kekerasan terhadap warga sipil. Sedangkan siapa yang akan memenangkan perang saudara di Myanmar, sejauh ini baru berupa tebakan.

Baca juga: Myanmar, Negara ASEAN yang Terletak Paling Barat dan Utara

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com