NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Myanmar dilanda perang saudara yang semakin mematikan, yang dimulai ketika Tatmadaw - angkatan bersenjata negara itu - merebut kekuasaan tahun lalu.
Kini, berkat bantuan sebuah jaringan bawah tanah yang menggunakan berbagai akun Facebook dan Telegram, tentara Myanmar berbondong-bondong melakukan desersi alias kabur meninggalkan dinas ketentaraan.
Agne Lay - bukan nama sebenarnya - sedang duduk di sebelah ponselnya, menunggu dengan sabar.
Baca juga: Militer Myanmar Mulai Gunakan Kewarganegaraan sebagai “Senjata” Lawan Pengkritik Rezim
Lima menit kemudian, dia menerima sebuah pesan pada gawainya.
Seorang tentara yang putus asa meminta pertolongan Agne Lay. Dia ingin meninggalkan Tatmadaw, namun takut jika tertangkap. Bisakah Lay membantu?
Agne Lay memberikan isyarat untuk mendukung oposisi sipil Myanmar
Pesan-pesan seperti ini muncul setiap hari, bukan hanya kepada Lay yang berusia 44 tahun, tapi juga kepada ratusan sukarelawan yang tergabung dalam People's Embrace (pelukan rakyat), sebuah jaringan sosial media yang membantu pembelotan para tentara dan polisi yang kecewa dengan pemerintah.
"Kami mengiklankan di Facebook bahwa mereka yang ingin desersi harus mengontak kami di Telegram," kata Lay kepada BBC, sambil mengambarkan skenario operasi melalui jaringan online dari lokasi yang dirahasikan di dalam wilayah Myanmar.
Baca juga: Junta Myanmar Akan Memusnahkan Semua Lawan Kudeta Militer
Agne Lay terlihat berhati-hati. Dia tidak menjelaskan secara spesifik bagaimana mereka beroperasi karena peningkatan infiltrasi yang dilakukan Tatmadaw ke jaringan mereka.
Walaupun demikian, BBC telah berbicara dengan beberapa mantan serdadu Tatmadaw yang menjelaskan secara luas bagaimana operasi itu bekerja.
Aksi pembelotan itu memunculkan resiko yang sangat besar. Lay mengatakan, dia tahu konsekuensi yang akan dihadapi jika ditangkap oleh para tentara Tatmadaw.
"Saya akan dieksekusi," katanya.
Baca juga: Siapa Rohingya dan Sejarah di Myanmar
Perang saudara di Myanmar telah berubah menjadi semakin brutal setelah penggulingan pemerintah sipil oleh militer tahun lalu.
Pada 1 Februari 2021, setelah Aung San Suu Kyi terpilih kembali, Tatmadaw menggulingkan pemerintahan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).