Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Ganja Legal di Thailand? Ini 3 Alasannya

Kompas.com - 21/06/2022, 13:28 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

BANGKOK, KOMPAS.com - Thailand bulan ini resmi melegalisasi penanaman dan konsumsi ganja sehingga praktis mengubah pendekatannya 180 derajat, mengingat selama ini negara tersebut menjatuhkan hukuman penjara atau bahkan hukuman mati kepada terpidana kasus narkoba. Koresponden BBC di Asia Tenggara, Jonathan Head, melaporkan mengenai apa yang terjadi di balik perubahan dramatis ini.

Selama saya berkarier sebagai wartawan, ada suatu kejadian ekstrem yang sampai sekarang tertanam dalam benak saya. Insiden itu berlangsung 21 tahun lalu.

Saat itu, kami diundang menyaksikan dan merekam eksekusi lima tahanan oleh regu penembak di Penjara Bangkwan, Bangkok. Empat dari tahanan tersebut adalah terpidana penyelundup narkoba.

Baca juga: Thailand Legalkan Tanam Ganja, Penderita Kanker Payudara Dapat Angin Segar

Raut wajah para pria itu selagi mereka berjalan dengan kedua kaki dirantai menuju paviliun tempat eksekusi diadakan adalah sesuatu yang tidak pernah saya lupakan.

Eksekusi tersebut merupakan bagian dari kebijakan "perang terhadap narkoba" yang dicanangkan perdana menteri kala itu, Thaksin Shinawatra. Kebijakan itu pula yang belakangan menjadi pembenaran atas pembunuhan ratusan tersangka kasus narkoba.

Kebijakan Thaksin saat itu menarik dukungan rakyat Thailand. Mereka khawatir dampak buruk narkoba seperti sabu akan menjalar ke berbagai komunitas sehingga bersedia mengabaikan pelanggaran HAM yang disebabkan oleh rangkaian pembunuhan tersebut.

Negara lain di kawasan Asia Tenggara mengikuti pendekatan serupa, terutama Filipina setelah Presiden Rodrigo Duterte menjabat pada 2016. Singapura dan Malaysia telah lebih dulu menerapkan hukuman mati atas kasus penyelundupan narkoba selama berpuluh tahun. Para wisatawan mancanegara yang datang ke kawasan ini sudah diperingatkan hukuman yang menanti jika mereka kedapatan membawa narkoba, tak peduli apakah itu hanya sejumput mariyuana.

Kala itu sulit dibayangkan bahwa Thailand akan melegalisasi ganja.

Pemandangan di Thailand berubah

Selama lebih dari sepekan terakhir, pemandangan di Thailand benar-benar berubah. Ada berbagai kafe dan lapak secara terbuka menjual beragam produk ganja dan menampilkan stoples-stoples berisi bunga mariyuana.

Ada pula sejumlah nenek yang terkekeh saat mencoba minuman cannabis berwarna hijau serta antrean warga yang ingin mendapatkan satu dari sejuta tanaman ganja yang dibagikan pemerintah Thailand secara cuma-cuma.

Sebuah acara merayakan legalisasi ganja ditandai dengan pembagian es berbalut mariyuana.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Sebuah acara merayakan legalisasi ganja ditandai dengan pembagian es berbalut mariyuana.
Aturan baru ini menjadikan Thailand mungkin sebagai negara dengan pendekatan paling liberal terhadap mariyuana. Untuk saat ini, warga Thailand bisa menanam dan mengonsumsi tanaman ganja sebanyak mungkin, meski ada beberapa batasan mengenai cara penjualan.

"Satu hal yang jelas, Anda tidak lagi bisa dipenjara di Thailand karena menggunakan ganja," kata Tom Kruesopon, salah satu pengusaha perintis yang membantu meyakinkan pemerintah untuk mengubah pendekatan.

"Anda bisa dipenjara karena melakukan hal lain, seperti mengisap (ganja) di tempat umum, mengganggu ketertiban umum, atau menciptakan dan menjual produk dari mariyuana yang tidak mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan. Namun, Thailand adalah negara pertama di dunia yang tidak memenjarakan orang karena menanam atau menggunakan tanaman (ganja)," jelas Tom.

Baca juga:

"Ini seperti mimpi bagi kami. Kami tidak pernah mengira kami bisa sejauh ini di Thailand," ujar Rattapon Sanrak, orang yang memulai kampanye legalisasi mariyuana setelah mengalami manfaat medisnya saat mengenyam pendidikan di Amerika Serikat.

Dua kakek-neneknya, ayahnya, dan kemudian ibu Rattapon meninggal akibat kanker. Saat kembali ke Thailand dari AS untuk merawat ibunya, dia mencoba membujuk sang ibu untuk menggunakan produk ganja untuk meringankan sakitnya. Upaya Rattapon gagal kala itu. Lagipula dia kesulitan mendapat akses ganja medis yang saat itu digolongkan sebagai zat ilegal.

Apa alasan Thailand melegalisasi ganja?

Lalu apa yang menyebabkan perubahan dramatis di negara pimpinan militer konservatif yang tampaknya tidak mungkin melegalisasi ganja?

Sebagian alasannya adalah politik.

Menteri Kesehatan Masyarakat Thailand, Anutin Charnvirakul, adalah sosok di balik kebijakan ini. Dia mengadopsi kebijakan legalisasi ganja sebagai janji kampanyenya dalam pemilu 2019.

Baru-baru ini dia bahkan terlihat mencicipi kari berbumbu ganja seraya mendapat sanjungan dari para petani yang berharap tanaman ganja bisa mendatangkan uang.

Kantong kekuatan partai Anutin berada di kawasan timur laut Thailand yang tergolong miskin. Kebijakan legalisasi ganja memikat kaum petani yang hanya menggantungkan hidup dari bertani beras dan gula. Mereka memerlukan pemasukan baru.

Melalui kebijakan itu, Anutin memenuhi janjinya. Dia meyakini manfaat medis dalam ganja sehingga harapannya adalah kaum miskin Thailand bisa menanam sendiri mariyuana sebagai sarana pengobatan ketimbang membayar obat kimia yang mahal.

Menteri Kesehatan Masyarakat Thailand, Anutin Charnvirakul, adalah sosok di balik kebijakan ini. Dia mengadopsi kebijakan legalisasi ganja sebagai janji kampanyenya dalam pemilu 2019.BBC INDONESIA Menteri Kesehatan Masyarakat Thailand, Anutin Charnvirakul, adalah sosok di balik kebijakan ini. Dia mengadopsi kebijakan legalisasi ganja sebagai janji kampanyenya dalam pemilu 2019.
Alasan lainnya tentu bisnis. Tom Kruesopon memperkirakan bisnis mariyuana bisa menghasilkan 10 miliar dollar AS (Rp 148 triliun) dalam tiga tahun pertama. Jumlah itu bisa meningkat jika pemerintah menggencarkan wisata ganja, yaitu turis-turis yang sengaja datang ke Thailand untuk terapi dan pengobatan menggunakan mariyuana.

Tom Kruesopon melihat ceruk tersebut sehingga dia telah membuka klinik pertama di Bangkok yang secara khusus berfokus pada pengobatan jenis itu. Selain Tom, sejumlah perusahaan besar Thailand sedang mencari cara untuk mendapatkan uang dalam bisnis ganja.

Baca juga:

Dengan meliberalisasi aturan soal ganja secara cepat dan menyeluruh, pemerintah Thailand berharap mencuri start dari negara-negara tetangganya yang sebagian besar enggan mengikuti jejak Thailand.

Alasan ketiga di balik legalisasi ganja adalah meninjau ulang pendekatan garis keras terhadap narkoba yang dimulai tujuh tahun lalu ketika Thailand dikuasai junta militer.

Di Thailand, banyak penjara yang jumlah napinya melampaui kapasitas dan tiga-perempat dari mereka dikurung karena kasus narkoba—sebagian besar di bawah umur. Kondisi buruk di dalam penjara tidak hanya dikritik dunia internasional, tapi juga membuat pemerintah Thailand mengucurkan banyak dana operasional.

Adalah Menteri Hukum Thailand, Jenderal Paiboon Kumchaya, yang mengumumkan pada 2016 lalu bahwa perang terhadap narkoba gagal sehingga metode penanganan lain terhadap penyalahgunaan narkoba diperlukan.

Tatkala Menteri Kesehatan Masyarakat Thailand, Anutin Charnvirakul, mengusulkan kebijakan legalisasi ganja—dengan segala faedah ekonominya—dia sejatinya mendorong pintu yang relatif terbuka (walaupun dia mengatakan perlu upaya keras untuk mendorong kebijakan tersebut).

Konsekuensi legalisasi ganja ini, lebih dari 4.000 napi terkait kasus ganja kini dibebaskan dari penjara.

Ada aturan lain untuk penggunaan ganja di Thailand?

Bagaimanapun, pemerintah Thailand boleh jadi belum siap untuk sepenuhnya menyambut produk ganja dalam berbagai wujud sejak legalisasi mariyuana diberlakukan.

Tanaman itu muncul di mana-mana, mulai dari es krim, sajian khas Thailand, hingga minuman smoothie. Bahkan ada penjual yang menjajakan daging ayam yang saat masih hidup diberi pakan ganja.

Pemerintah Thailand kini sedang menyusun aturan teknis soal penggunaan ganja. Secara resmi, posisi pemerintah Thailand merujuk pada undang-undang yang mengizinkan penggunaan ganja untuk keperluan medis, bukan rekreasional. Namun, pengawasannya tampak sulit.

Baca juga:

Chidchanok Chidchob merawat tanaman mariyuana di Buriram.BBC INDONESIA Chidchanok Chidchob merawat tanaman mariyuana di Buriram.
"Kami semua tahu dari mempelajari pasar lain bahwa penggunaan rekreasional adalah tempat uang berada," kata Chidchanok Chitchob, penyuka mariyuana yang ayahnya adalah politikus berpengaruh di kawasan Buriram, Thailand.

"Jadi saya pikir ini adalah langkah baik menuju hal tersebut (penggunaan ganja secara rekreasional), jika kita benar-benar berpikir ini (ganja) adalah tanaman ekonomis," sambungnya.

Chidchanok bereksperimen dengan beragam jenis tanaman ganja guna membantu petani lokal mendapatkan jenis terbaik untuk dibudidayakan di kawasan Buriram.

Tom Kruesopon mengaku tidak ada masalah dengan aturan teknis soal penggunaan ganja. Dia mengadvokasi penjualan mariyuana hanya dari penjual berlisensi, dengan resep, dan tidak boleh untuk siapapun berusia di bawah 18 tahun.

"Jangan kebanyakan berpikir. Aturan apapun yang diberlakukan untuk rokok, berlakukan pula untuk ganja. Sudah ada sejumlah aturan yang diterapkan untuk membantu penggunaan rokok dan minuman beralkohol—gunakan saja aturan yang sama," ujarnya.

Legalisasi ganja adalah langkah berani pemerintah Thailand ke dunia baru. Negara-negara tetangganya akan menyaksikan apakah langkah itu sepadan.

Baca juga: Ganja Dikembangkan untuk Obati Long Covid dalam Uji Coba Baru

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com