Mereka menggunakan dana itu, antara lain untuk membangun dan mengelola fasilitas menembak serta program pendidikan.
Dalam hal lobi, NRA secara resmi menghabiskan sekitar 3 juta dollar AS (Rp 43 miliar) per tahun, untuk mempengaruhi kebijakan terkait hak kepemilikan senjata api di AS.
Jumlah anggaran tercatat mereka habiskan untuk melobi legislator pada 2014 adalah 3,3 juta dollar AS (Rp 48 miliar).
Angka itu hanya pengeluaran yang tercatat untuk para pembuat undang-undang. Anggaran yang cukup besar mereka habiskan melalui Political Action Committee dan kontribusi independen, oleh karenanya jumlah pastinya sulit dilacak.
Sejumlah peneliti menyebut NRA juga memiliki pengaruh tidak langsung yang cukup besar melalui anggotanya yang terlibat secara politik.
Banyak dari anggota NRA ini akan mengambil suara pada pengambilan keputusan terkait masalah pengendalian senjata api.
NRA secara terbuka menilai anggota Kongres AS dengan nilai A hingga F, berdasarkan sikap sang legislator terhadap hak kepemilikan senjata api di AS.
Pemeringkatan tersebut dapat memiliki efek serius pada jumlah jajak pendapat dan bahkan bisa membuat legislator yang mendukung pengendalian senjata kehilangan kursi.
Setelah Donald Trump menjadi presiden AS pada 2016, pengeluaran NRA untuk urusan politik turun. Ini terjadi di tengah munculnya berbagai kelompok yang mengadvokasi pengendalian senjata, yang menerima jutaan dolar dari para penentang kebijakan NRA.
Ada perkirakan bahwa kelompok pro-pengendalian senjata telah melampaui anggaran NRA untuk pertama kalinya pada 2018.
Estimasi jumlah anggota NRA sangat bervariasi selama beberapa dekade terakhir. Asosiasi itu mengklaim keanggotaan mereka melonjak mendekati lima juta orang usai penembakan massal di sebuah sekolah di Sandy Hook pada 2012.
Meski begitu, beberapa pengamat memperkirakan jumlah anggota NRA mencapai tiga juta orang. NRA dituduh menggelembungkan jumlah anggota mereka.
NRA kerap membanggakan beberapa anggota terkenal mereka, termasuk mendiang mantan Presiden AS George HW Bush.
Bush Senior mengundurkan diri dari NRA pada 1995, setelah agen federal menyebut pimpinan asosiasi ini, Wayne LaPierre, kejam dan brutal. Pernyataan itu keluar setelah serangan bom di gedung pemerintah di Oklahoma City.
Sejumlah anggota aktif NRA saat ini juga menyandang status figur publik, antara lain mantan calon wakil presiden AS Sarah Palin serta aktor Tom Selleck dan Whoopi Goldberg.