Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemimpin Sekte Pemuja Mayat di Thailand Ditangkap, Percaya Air Kencing Jenazah Bisa Sembuhkan Penyakit

Kompas.com - 24/05/2022, 18:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

CHAIYAPHUM, KOMPAS.com - Polisi di Thailand telah menahan seorang yang mengaku dukun dan menjadi pemimpin sekte di mana pengikutnya memuja mayat dan mengonsumsi cairan tubuh dari pemimpin mereka yang bisa untuk menyembuhkan penyakit.

Terjadi kekacauan di lokasi penangkapan ketika petugas polisi mendatangi rumah Thawee Nanra yang berusia 75 tahun pada hari Minggu (8/5/2022) waktu setempat di kawasan hutan di provinsi Chaiyaphum.

Para anggota sekte tersebut berteriak dan mencoba menahan polisi yang berusaha membawa pemimpin mereka yang tidak mengenakan pakaian ke dalam mobil tahanan.

Baca juga: Kakek 77 Tahun Pimpin Sekte Seks, Para Gadis Tunduk dan Rela Dilecehkan

Polisi mengatakan mereka menemukan 11 mayat di rumah tersebut dan media setempat melaporkan bahwa mayat tersebut diperkirakan adalah mayat para anggota sekte.

Pengikut sekte itu mengatakan kepada pihak berwenang bahwa air urin dan ludah pemimpin mereka bisa menyembuhkan penyakit.

Gubernur Provinsi tersebut Kraisorn Kongchalad mengatakan Thawee sedikitnya memiliki belasan pengikut yang tinggal bersamanya, dan peti mati berisi mayat berserakan di rumahnya.

Dia mengatakan terkejut bahwa praktik seperti ini masih terjadi di zaman modern sekarang.

"Sangat menyedihkan melihat bahwa masih ada warga yang percaya dengan takhayul seperti ini. Tetapi ini bukan sekadar kepercayaan orang per orang saja," kata Kongchalad.

"Kami menemukan mayat dan kami akan bekerja sama dengan semua pihak untuk mengumpulkan semua informasi terkait penemuan mayat-mayat tersebut."

Sebagian besar penduduk Thailand beragama Buddha namun masih banyak juga warga yang percaya dengan hal-hal di luar agama seperti pemujaan terhadap roh atau takut pada setan.

Baca juga:

Pihak berwenang memperkirakan bahwa kelompok sekte ini sudah ada selama empat tahun terakhir tanpa diketahui karena lokasi rumah pemimpin sekte berada di kawasan hutan yang terpencil, jauh dari komunitas lain.

Namun, keberadaan mereka diketahui setelah salah seorang anak perempuan dari pengikut sekte menulis di akun media sosial seorang selebriti yang mengkhususkan diri untuk mengungkap praktik pemimpin keagamaan yang "aneh".

Thawee pada awalnya dikenai tuduhan tinggal di kawasan hutan yang dilindungi, karena rumahnya berada di tanah milik negara, dan juga melakukan pertemuan ilegal yang dilarang karena adanya pandemi Covid selama dua tahun terakhir.

Media lokal melaporkan bahwa dia tetap ditahan karena permintaannya untuk dibebaskan dengan jaminan ditolak hari Senin (9/5/2022).

Polisi mengatakan sedang mempertimbangkan tuduhan lain termasuk melanggar aturan pemulasaran mayat.

Baca juga: Pemimpin Sekte Ini Ancam Wanita dengan Kutukan Abadi jika Tak Berhubungan Seks Dengannya

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com