Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan Miliarder Baru Muncul dari Sektor Pangan Dunia Hanya dalam 24 Bulan, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 24/05/2022, 16:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

DAVOS, KOMPAS.com - Kenaikan harga pangan global telah membantu menciptakan 62 “miliarder pangan” baru hanya dalam 24 bulan, menurut laporan Oxfam dalam pertemuan elit bisnis dan politik dunia untuk Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.

Badan amal pembangunan itu mencatat total kekayaan miliarder dari sektor pangan dan energi tumbuh sebesar 453 miliar dollar AS (Rp 6,6 kuadriliun) selama dua tahun terakhir.

Baca juga: 10 Orang Terkaya di Dunia

Kondisi itu didukung oleh lonjakan harga energi dan komoditas selama pandemi dan perang Vladimir Putin di Ukraina.

Perusahaan Amerika Serikat (AS) Cargill misalnya, sekarang memasukan 12 anggota keluarganya sebagai miliarder, naik dari delapan orang sebelum pandemi.

Bisnis keluarga Cargill dengan tiga perusahaan turunannya, merupakan salah satu perusahaan makanan terbesar di dunia yang menguasai 70 persen pasar pertanian global.

Lonjakan harga komoditas

Harga pangan yang rata-rata naik lebih dari 30 persen selama setahun terakhir, kemungkinan akan mendorong lebih dari 263 juta orang ke dalam kemiskinan akut meningkat dari angka sebelum pandemi.

Lonjakan harga komoditas itu akan membuat orang yang hidup dengan kurang dari 1,90 dollar AS (kurang dari Rp 30.000) per hari menjadi 860 juta pada akhir tahun.

Jumlah tersebut setara dengan total populasi gabungan Inggris, Perancis, Jerman, dan Spanyol.

Baca juga: Sri Lanka Terancam Kelaparan, Ingin Akhiri Krisis tapi Terganjal China

Nellie Kumambala, seorang guru sekolah dasar yang tinggal di Lumbadzi, Malawi, bersama suaminya, dua anak dan ibunya, mengatakan: “Harga naik begitu tinggi, bahkan sejak bulan lalu.

Bulan lalu, dia masih bisa membeli minyak goreng dua liter dengan harga 2.600 kwacha (hampir Rp 50.000). Tapi sekarang harganya sudah melambung menjadi 7.500 (Rp 130.000-an).

“Bayangkan. Kemarin saya pergi ke toko untuk membeli minyak goreng, tetapi saya gagal, saya tidak punya uang,” ujar guru di Afrika Timur itu sebagaimana dilansir Guardian pada Senin (23/5/2022).

“Setiap hari saya khawatir tentang bagaimana saya akan memberi makan rumah tangga, berpikir dalam hati, 'Apa yang harus saya lakukan hari ini agar kita bisa makan?'” keluhnya.

Kepala Eksekutif Oxfam GB Danny Sriskandarajah pun menilai secara moral, kesenjangan antara kelompok paling kaya di dunia saat ini tidak dapat dibiarkan.

“Orang-orang di Afrika timur sekarat karena kelaparan, sementara kekayaan orang-orang super kaya di dunia terdorong oleh melonjaknya harga pangan dan energi,” ujarnya.

“Pada saat ratusan juta lebih orang menghadapi kemiskinan ekstrem, tidak ada alasan bagi pemerintah untuk tidak menyorot keuntungan dan kekayaan raksasa (para miliarder) untuk memastikan tidak ada yang tertinggal (dalam kemiskinan).”

Baca juga: Krisis Pangan Global Semakin Parah, Sekjen PBB Berusaha Buka Keran Gandum Ukraina

Cari untung dari krisis

Sebanyak 573 miliarder baru telah muncul selama pandemi. Oxfam mengatakan krisis virus corona adalah "waktu terbaik untuk kelompok miliarder sepanjang catatan sejarah".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com