Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peran Ramzan Kadyrov dan Pasukan Chechnya Pimpinannya dalam Perang Putin di Ukraina

Kompas.com - 25/04/2022, 18:31 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

KOMPAS.com - Ramzan Kadyrov, pemimpin Chechnya sekaligus sekutu Presiden Vladimir Putin, menyebut pasukan Rusia akan sepenuhnya mengambil alih pabrik baja Azovstal.

Tempat itu merupakan basis pasukan Ukraina yang berupaya keras mempertahankan kota pelabuhan Mariupol di Ukraina selatan.

Baca juga: Pemimpin Chechnya Peringatkan Serangan Rusia Berikutnya Akan Rebut Kyiv dan Kota Ukraina Lainnya

"Hari ini, dengan bantuan Yang Maha Kuasa, kami akan mengambil alih Azovstal sepenuhnya", kata Kadyrov dalam pesan audio di saluran Telegram miliknya, seperti dikutip kantor berita Reuters pada Selasa (19/04).

Rusia sudah meminta tentara Ukraina dan pasukan asing yang bersembunyi di pabrik Azovstal untuk meletakkan senjata, "jika ingin hidup".

Baca juga: Rusia Buka Suara Soal Pemicu Perang Dunia 3 yang Tak Terkait dengan Ukraina

Siapa Ramzan Kadyrov?

Ramzan Kadyrov adalah putra seorang pemimpin kemerdekaan Chechnya, Akhmad Kadyrov.

Ayahnya beralih dan bergabung dengan Rusia. Kadyrov sendiri kemudian disebut kerap disebut sebagai anak didik Vladimir Putin.

Dia selama ini dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia di Republik Chechnya, yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Ramzan Kadyrov menyambut baik invasi Putin ke Ukraina. Tak lama setelah pasukan Rusia berangkat ke Ukraina, dia mengatakan akan segera mengirim milisi untuk menyokong invasi Rusia.

Otokrat berusia 45 tahun itu sempat menyatakan akan melakukan perjalanan ke Mariupol, kota pelabuhan Ukraina yang terkepung dan mengalami kehancuran parah sejak invasi Rusia ke Ukraina.

Baca juga: Kebakaran Besar Terjadi di Depot Minyak Bryansk Rusia, Dekat Ukraina

Keterlibatan dalam perang Rusia-Ukraina

Ramzan Kadyrov, adalah pemimpin pasukan Chechnya bernama Kadyrovtsy yang terkenal karena "reputasi kejahatannya". Milisi Chechnya inilah yang dikerahkan untuk bergabung dengan pasukan Rusia di Ukraina.

Publik Ukraina menyebut orang-orang Chechnya termasuk di antara pasukan invasi Rusia "yang paling brutal".

Mereka dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia, antara lain penyiksaan dan eksekusi mati.

Namun Ramzan Kadyrov secara bangga mengunggah video pertempuran anak buahnya di Ukraina ke Telegram, sebagai bukti perjuangan kelompoknya di Ukraina demi Rusia.

"Milisi Chechnya pada suatu ketika menembakkan senjata ke segala arah. Pada saat yang sama tahanan Ukraina berlutut dengan tatapan kosong. Beberapa jenazah tahanan lalu terlihat," kata dia dalam sebuah rekaman di akun media sosialnya, seperti yang dikabarkan kantor berita AFP.

Kadyrov membuat klaim bahwa anak buahnya memerangi "Nazi Kyiv". Ini adalah narasi yang sama yang dibuat pemerintah Rusia.

Baca juga: Rusia: Eropa Tak Akan Bisa Bertahan Lebih dari Sepekan Tanpa Gas Moskwa

Kadyrov sempat mengunggah foto dirinya berpose dengan sekitar 30 pria. Dia berkata bahwa foto itu diabadikan di Mariupol.

Dia juga mengeklaim telah menemukan dan "menghukum" dengan tangannya sendiri seorang tentara Ukraina yang menyiksa seorang Rusia.

Para anak buah Kadyrov juga sering membanggakan diri karena "menghabisi" tentara Ukraina yang terluka. Kebrutalan seperti itu sesuai dengan reputasi yang diperoleh milisi Chechnya Kadyrovtsy, dalam konflik yang melibatkan Rusia sebelumnya.

Mereka terlibat dalam konflik-konflik sebelumnya, baik di Chechnya, di Ukraina pada 2014 dan juga di Suriah.

“Alat perang” Rusia

Aurelie Campana, pakar kekerasan politik dan Rusia di Universitas Laval di Kanada, menyebut pengerahan Kadyrovtsy adalah bagian dari "perang psikologis" Moskwa di Ukraina.

"Mengumumkan masuknya pasukan Kadyrov ke dalam perang dan propaganda yang mengelilinginya adalah bagian dari upaya untuk mengacaukan musuh," kata Campana.

Menurutnya, keterlibatan pasukan Chechnya bertujuan untuk memicu ketakutan masyarakat Ukraina.

"Mereka dikenal karena kekejamannya," kata Campana dalam sebuah analisis di situs The Conversation.

Baca juga: Menerka Jalannya Fase 2 Invasi Rusia ke Ukraina

Desas-desus bahwa Putin mengirim orang-orang Chechnya untuk membunuh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, sudah menyebar sejak awal perang. Kadyrov juga telah bersumpah bahwa Zelensky akan segera menjadi "mantan presiden Ukraina".

Di sisi lain, Zelensky kemudian justru menjadi simbol perlawanan Ukraina. Dia menentang invasi Putin dengan rutin tampil di media sosial, meraih popularitas global dan juga mengolok-olok Kadyrovtsy.

Berapa banyak pasukan Chechnya di Ukraina?

Kadyrov pada pertengahan Maret lalu menyebut sekitar 1.000 anak buahnya berada di Ukraina. Tidak ada cara untuk memverifikasi angka tersebut.

"Tidak ada yang tahu persis berapa banyak orang Chechnya yang berperang di Ukraina, atau di mana tepatnya mereka ditempatkan," kata pakar politik Rusia Alexei Malashenko kepada AFP.

Kelompok lainnya di Chechnya nyatanya ada juga yang menentang Kadyrov. Mereka bahkan bergabung dengan pasukan Ukraina untuk melawan Rusia.

Sejumlah pakar mengatakan, milisi Kadyrovtsy dikirim Putin untuk menjaga ketertiban pasukan Rusia. Kebrutalan mereka tidak perlu dipertanyakan lagi, tapi keberhasilan mereka belum terbukti.

Baca juga: Pemimpin Chechnya Datangi Mariupol Ukraina, Bertemu Jenderal Rusia yang Dilaporkan Tewas

Sementara itu Kadyrov dengan penuh kemenangan sempat mengumumkan bahwa anak buahnya telah merebut gedung balai kota Mariupol. Tapi menurut laporan BBC, unggahan videonya sebenarnya mengacu pada gedung yang berbeda.

"Kadyrov mengambil bagian dalam operasi atas Ukraina untuk menunjukkan kesetiaan totalnya kepada Putin dan untuk mempertahankan pengaruhnya," kata pakar politik Konstantin Kalachev.

"Baginya, operasi itu adalah publisitas pribadi," ujar Kalachev.

'Mendisiplinkan tentara Rusia'

Kadyrov sebelumnya dicurigai berada di balik beberapa pembunuhan figur publik di Rusia, antara lain kritikus pemerintah Boris Nemtsov dan jurnalis Anna Polikovskaya.

Komandan Kadyrovtsy yang sekarang berada di Mariupol, Ruslan Geremeyev, diyakini telah mengatur penembakan Boris Nemtsov tepat di dekat tembok Kremlin pada 2015.

Geremeyev terluka pada akhir Maret saat berperang melawan pasukan Ukraina di Mariupol.

Baca juga: Pemimpin Chechnya Klaim Pasukannya Kuasai Balai Kota Mariupol, Kibarkan Bendera Rusia

Di Ukraina, pasukan Chechnya Kadyrovtsy diyakini juga ditugaskan untuk mendisiplinkan tentara Rusia, seperti yang telah mereka lakukan untuk kelompok pro-Moskwa dalam perang 2014.

"Pengalaman pasukan Kadyrov tidak hanya menjadi aset untuk mengatasi perlawanan di Ukraina, tapi juga untuk mendisiplinkan pasukan Rusia dan kroni-kroninya," tulis Campana.

Orang-orang Kadyrov disebut tidak memiliki hubungan yang mulus dengan tentara Rusia. Masih terdapat kebencian yang tersisa dari perang berdarah di Chechnya pada 1990-an.

"Namun Putin mempercayai mereka sepenuhnya. Bagi Kadyrov, berpartisipasi dalam operasi Ukraina adalah kesuksesan pribadi," kata Malashenko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com