Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kehidupan Tukang Ojek Muda Berubah setelah Kembalikan Uang Rp 527 Juta: Jangan Ambil yang Bukan Milikmu

Kompas.com - 11/04/2022, 13:31 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

MONROVIA, KOMPAS.com - Kisah yang dialami warga Liberia bernama Emmanuel Tuloe ini menyerupai sebuah dongeng modern.

Sosok pria berusia 19 tahun ini, yang berseragam sekolah biru langit dan celana pendek biru tua, terlihat ganjil di ruangan kelas.

Siswa-siswa di dalam kelas itu terlihat enam tahun lebih muda dibanding dirinya.

Baca juga: Terjadi Kematian Driver Ojek Online Makanan di China Selama Pandemi Covid-19, Perusahaan Disalahkan

Tapi anak muda yang putus sekolah sejak sekolah dasar itu justru terlihat girang.

Tahun lalu, Emmanuel yang berusaha mati-matian mencari nafkah sebagai tukang ojek, menemukan segepok uang senilai 50.000 dollar AS atau sekitar Rp 527 juta.

Uang kertas senilai ratusan juta rupiah itu campuran uang kertas AS dan Liberia.

Dia menemukan uang - dalam bungkusan kantong plastik - itu di pinggir jalan.

Emmanuel saat itu bisa saja mengantonginya karena uang dalam jumlah fantastis itu bakal mengubah hidupnya.

Namun dia justru memberikan uang itu kepada bibinya supaya menyimpan dan menjaganya.

Dan ketika sang pemilik uang meratap dan meminta tolong - melalui bantuan radio nasional - untuk menemukan uangnya, Emmanuel serta merta mengembalikannya.

Baca juga: Motornya Disita Polisi, Tukang Ojek Marah dan Tewas Bakar Diri Sendiri

Diganjar berbagai hadiah

Dicemooh oleh sebagian warga karena kejujurannya - orang-orang yang menertawakannya mengatakan dia bakal mati dalam jeratan kemiskinan - tindakannya membuatnya diganjar berbagai hadiah, termasuk fasilitas sekolah di Ricks Institute, salah satu sekolah paling bergengsi di Liberia.

Presiden Liberia George Weah memberinya 10.000 dollar AS atau sekitar Rp 105 juta.

Pemilik sebuah media lokal juga memberinya uang tunai, dan hadiah lainnya diperolehnya di antaranya dari para pemirsa televisi dan pendengar radio.

Dan sang pemilik uang pun menyumbangkan hadiah senilai 1.500 dollar AS kepada Emmanuel.

Di atas semua itu dan mungkin yang paling signifikan, sebuah perguruan tinggi di AS kemudian menawarkannya beasiswa penuh setelah dia nantinya menyelesaikan pendidikan menengahnya.

Baca juga: George Weah Ingin Pangkas Masa Jabatan Presiden Liberia, Cuma Akal-akalan?

Menikmati disiplin akademik

Emmanuel Tuloe (menghadap kamera) bersama teman-teman sekelasnya di Ricks Institute di Liberia.BBC INDONESIA Emmanuel Tuloe (menghadap kamera) bersama teman-teman sekelasnya di Ricks Institute di Liberia.

Dan itulah yang kini dia fokuskan di Ricks, sekolah asrama yang didirikan 135 tahun silam.

Dahulu sekolah ini disediakan bagi masyarakat elite Liberia keturunan budak yang dibebaskan. Merekalah yang kelak berperan besar dalam pendirian negara itu.

Bangunan dua lantai sekolah itu terletak di kompleks nan indah, di mana lokasinya berjarak sekitar 6 km dari pantai Atlantik.

"Saya menikmati aktivitas di sekolah, bukan karena Ricks memiliki nama besar, tetapi karena disiplin akademik dan nilai-nilai moralnya," kata Emmanuel seraya mengumbar tawa. Dia memainkan kerah bajunya saat berujar.

Seperti banyak anak-anak Liberia dari latar belakang pedesaan yang miskin, dia terpaksa putus sekolah pada usia sembilan tahun, untuk mencari uang guna membantu keluarganya.

Ini terjadi tak lama setelah ayahnya meninggal dalam kecelakaan dan dia pergi untuk tinggal bersama bibinya.

Baca juga: Mengapa Banyak Pemimpin Afrika Mendukung Putin dan Invasi Rusia?

Dia kemudian menjadi pengemudi ojek beberapa tahun kemudian.

Setelah sekian lama meninggalkan bangku sekolah, dia kini membutuhkan banyak dukungan di sekolahnya yang baru.

Saat Emmanuel pertama kali bergabung di kelas enam dia merasa sedikit rendah diri; dia tidak bisa leluasa berbicara di kelas, tetapi kami membantunya dari hari demi hari, kata guru wali kelas, Tamba Bangbeor kepada BBC.

"Secara akademis, dia datang dengan fondasi yang rendah, jadi kami mencoba memasukkannya ke dalam program tambahan akademik. Itu membantunya."

Dia sekarang memiliki waktu enam tahun untuk menempuh sekolah menengah dan akan berusia 25 tahun ketika dia lulus.

Baca juga: Karpet Hadiah UEA untuk Paus Fransiskus Dijadikan NFT, Laku Rp 1,1 Miliar

Namun demikian, dia tidak merasa keberatan dengan perbedaan usia dengan teman-teman sekelasnya dan menggambarkan mereka sebagai "ramah".

Emmanuel juga menikmati suasana di asrama, dengan mengatakan bahwa kehidupan asrama itu baik karena ini adalah cara belajar untuk hidup sendiri pada suatu hari nanti.

Di masa depan, dia ingin belajar akuntansi di perguruan tinggi sebagai persiapan diri untuk membantu memanajemen penggunaan uang negara.

Kehati-hatian dan kejujurannya dilihat sebagai contoh untuk diikuti di sebuah negara di mana ada praktek korupsi marak dan pejabat sering dituduh mencuri uang kas negara.

Baca juga: India Blokir Dana Asing untuk Badan Amal Bunda Teresa, Dianggap Jadi Hadiah Natal Terburuk

Bersikap jujur itu baik

Berkaca kepada olok-olok beberapa orang atas tindakannya mengembalikan uang, dia mengaku bisa saja dia menggunakannya untuk memperbaiki kehidupannya.

"Tetapi itu tidak akan pernah memberi saya kesempatan yang saya miliki sekarang," kata Emmanuel.

Emmanuel berterima kasih kepada Tuhan karena memberinya pundi-pundi hadiah dan dia juga "berterima kasih kepada orang tua saya karena mengajari saya untuk jujur".

"Dan pesan saya kepada semua anak muda adalah: Jujur itu baik; jangan mengambil apa yang bukan milikmu."

Para guru di sekolah Ricks menghargai kehadiran Emmanuel.

Baca juga: Anak-anak El Chapo Adakan Pesta Kartel Narkoba, Bagi-bagi Hadiah Mobil

"Tidak hanya semata manfaat bagi sekolah kami dari kejujurannya, dia juga penjaga gawang cadangan untuk tim sepak bola sekolah," kata Bangbeor. Emmanuel adalah penggemar fanatik Chelsea, yang bermain bersama para siswa yang sepantaran.

Teman-teman sekelas Emmanuel juga menyambut kehadirannya di sana.

Bethlene Kelley (11), menyebutnya "seorang teman baik di mana kami suka saling berbagi dan peduli, karena dia pendiam dan tidak banyak bicara. (Dia) loyal, respek, dan jujur".

Caleb Cooper, (12), menghargai Emmanuel atas perilakunya di ruangan kelas dan di asrama.

"Dia tidak mencuri barang teman-temannya," kata Caleb seraya tergelak.

Baca juga: AS Tawarkan Hadiah Jutaan Dollar untuk Tangkap Bos Kartel Meksiko

"Jika Emmanuel menemukan sesuatu yang bukan miliknya, dia melaporkannya kepada guru. Jika guru tidak ada, dia meletakkannya di meja mereka," katanya.

Dan dari kehidupan yang ditinggalkan Emmanuel, para tukang ojek tampaknya tidak iri dengan kehidupan barunya.

Salah satu dari mereka, Lawrence Fleming (30) mengatakan kepada BBC bahwa dia putus sekolah saat kelas sembilan dan dia mengikuti kisah Emmanuel dengan seksama.

"Untung Emmanuel sudah kembali bersekolah, kami bersyukur kepada Tuhan untuknya," katanya.

Sambil berdiri di samping sepeda motor Boxer buatan China di persimpangan jalan kota Brewerville yang sibuk, di sebelah barat Monrovia, dia menyampaikan sebuah nasihat.

"Biarkan dia tetap bersekolah untuk masa depannya dan masa depan anak-anaknya... dia sekarang memiliki kesempatan yang tidak dimiliki sebagian dari kami."

Baca juga: Tak Kembalikan Hadiah Rp 222 Juta, Satpam Menari Ini Dibunuh Fansnya Sendiri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Punggung Basah, Kepala Pusing: Pelajar Filipina Menderita Akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah, Kepala Pusing: Pelajar Filipina Menderita Akibat Panas Ekstrem

Global
Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Global
Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Global
Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

Global
Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Global
Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Global
Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Global
Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Global
Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Global
Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com