WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Sebelum Rusia menginvasi Ukraina, intelijen AS memperkirakan bahwa Moskwa akan dengan cepat mengerahkan kekuatan udaranya yang besar untuk mendominasi langit Ukraina.
Namun, ketika invasi Rusia ke Ukraina telah berlangsung selama enam hari, Rusia tak kunjung mengerahkan kekuatan udaranya yang besar ke Ukraina.
Melesetnya prediksi intelijen AS tersebut membuat sejumlah pejabat bingung dan mereka tidak bisa menjelaskannya dengan tepat, sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (2/3/2022).
“Mereka (Rusia) mungkin belum mau mengambil risiko tinggi dengan pesawat dan pilot mereka sendiri,” kata seorang pejabat senior pertahanan AS, yang enggan disebutkan namanya.
Bila dibandingkan, kekuatan udara Ukraina dengan Rusia layaknya David dan Goliath. Dengan kata lain, sangat jauh perbedaan kekuatan antara keduanya.
Setelah Rusia melancarkan serangan pembuka pada 24 Februari, para analis memperkirakan militer Rusia akan segera mencoba menghancurkan angkatan udara dan pertahanan udara Ukraina.
Kelompok think-tank RUSI di London mengatakan, langkah tersebut tampak sangat logis seperti yang terlihat di hampir setiap konflik militer sejak 1938.
Baca juga: 5 Kota di Ukraina yang Coba Dikuasai Rusia
Sebaliknya, jet tempur angkatan udara Ukraina masih melancarkan tangkisan serangan udara dan serangan darat tingkat rendah. Sedangkan Rusia masih terbang melalui wilayah udara yang diperebutkan.
Di sisi lain, pasukan Ukraina yang memiliki roket permukaan-ke-udara masih mampu mengancam pesawat Rusia dan menimbulkan risiko bagi pilot Rusia yang mencoba mendukung pasukan darat.
"Ada banyak hal yang mereka lakukan yang membingungkan," kata Rob Lee, seorang spesialis militer Rusia dari Foreign Policy Research Institute.
Dia mulanya menduga, awalan perang akan menjadi penggunaan kekuatan secara maksimal.
Baca juga: Taktik Serang Rusia ke Ukraina Berubah, Korban Bertambah
“Karena semakin bertambahnya hari, biaya dan risikonya pasti naik. Mereka tidak melakukan itu dan sangat sulit untuk menjelaskannya karena alasan yang realistis,” ujar Lee.
Melesetnya prediksi serangan udara besar-besaran dari Rusia tersebut muncul ketika AS menolak seruan Kiev untuk zona larangan terbang yang dapat menarik Washington secara langsung ke dalam konflik dengan Rusia.
Sejumlah pakar militer juga melihat bukti kurangnya koordinasi antara angkatan udara Rusia dan formasi pasukan darat.
Beberapa kolom pasukan Rusia bahkan dikerahkan terlalu maju di luar jangkauan pertahanan udara mereka sendiri.
Baca juga: Sinyal Bahaya, Pasukan Rusia Bergabung dengan Kelompok Separatis di Ukraina Timur