TOKYO, KOMPAS.com - Perdana Menteri Fumio Kishida mengatakan pada Jumat (28/1/2022) bahwa Jepang akan merekomendasikan bekas tambang emas di Pulau Sado untuk masuk dalam daftar Warisan Dunia UNESCO.
Rencana itu tetap berjalan meskipun ada protes dari Korea Selatan, yang menilai situs tersebut tidak layak mengingat adanya penyalahgunaan pada masa perang terhadap pekerja Korea, masalah yang masih merenggangkan hubungan antara dua negara tetangga.
Baca juga: Dilarang UNESCO, Pemerintah Indonesia Ngotot Lanjutkan Proyek Jurassic Park di Taman Nasional Komodo
Keputusan Kishida untuk mencalonkan situs berusia 400 tahun di Jepang utara tampaknya membalikkan sikap awalnya. Dia sebelumnya lebih berhati-hati, karena adanya dorongan kuat dari revisionis sejarah ultra-kanan yang kuat di partai pemerintahan.
Kishida mengatakan tambang emas Sado sangat berharga dalam sejarah industri Jepang.
“Selain bernilai tinggi, saya mengerti bahwa ada berbagai pandangan tentang pendaftarannya (ke UNESCO). Karena itu, kami ingin memulai diskusi lebih awal,” katanya melansir AP.
Tambang emas Sado dipilih bulan lalu oleh Dewan Urusan Kebudayaan Jepang sebagai kandidat situs Warisan Dunia UNESCO, yang memicu protes Korea Selatan.
Seoul menentang pengajuan tersebut karena banyak orang Korea Selatan yang mengalami kerja paksa di tambang emas Sado, setelah dibawa ke Jepang selama penjajahan 1910-1945 di Semenanjung Korea.
Baca juga: UNESCO Umumkan Dholavira di India sebagai Situs Warisan Dunia
Kementerian Luar Negeri Korea Selatan menyatakan “penyesalan besar” atas keputusan Jepang, dan mendesak Tokyo untuk menghentikan upaya tersebut.
Wakil Menteri Kedua Korea Selatan Choi Jong-moon memanggil Duta Besar Jepang Koichi Aiboshi untuk mengajukan protes atas masalah ini.
Sejarawan mengatakan Jepang menggunakan ratusan ribu pekerja Korea, termasuk yang dibawa secara paksa dari Semenanjung Korea, di tambang dan pabrik untuk menutupi kekurangan tenaga kerja, karena sebagian besar pria usia kerja dikirim ke medan perang di seluruh Asia dan Pasifik.
Kota dan situs prefektur memuji tambang emas Sado karena menunjukkan perkembangan teknologi pertambangan yang luar biasa sebelum dan sesudah industrialisasi.
Tambang tersebut pernah menjadi produsen emas terbesar di dunia sebelum penutupannya pada 1989. Tidak disebutkan tentang penggunaan pekerja Korea pada masa perang.
Baca juga: Jalan dan Taman di Madrid Jadi Situs Baru Warisan Dunia UNESCO
Pencalonan tambang emas Sado mengingatkan kembali pada pendaftaran Gunkanjima, atau Pulau Kapal Perang, di Nagasaki pada 2015 oleh Jepang, sebagai bagian dari UNESCO “Situs Revolusi Industri Meiji Jepang.”
Protes Korea Selatan tentang situs, yang menghilangkan penyebutan orang Korea yang juga bekerja keras di pulau itu, memicu keputusan UNESCO mendesak Jepang untuk menyajikan versi sejarah yang lebih seimbang.
Kementerian Luar Negeri Korea Selatan pada Jumat (28/1/2022) menuntut agar Jepang mendidik rakyatnya tentang pekerja Korea yang dilecehkan selama pemerintahan kolonial Jepang, sebuah janji yang dibuat Tokyo ketika Gunkanjima didaftarkan.