Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Misteri Brother Home, Penampungan Brutal yang Simpan Rahasia Kelam Korea Selatan

Kompas.com - 27/01/2022, 22:30 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

KOMPAS.com - Setelah beberapa dekade berjuang menuntut keadilan, pada Mei 2020, pemerintah Korea Selatan akhirnya mengeluarkan undang-undang yang memungkinkan penyelidikan baru atas kasus “Brothers Home” atau Rumah Saudara.

Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi “Negeri Gingseng” akan memulai empat tahun dengar pendapat mengenai pelanggaran hak asasi manusia, dari periode akhir Perang Dunia II, dan masa kediktatoran militer yang brutal (1960 - 1980-an), termasuk yang terjadi di Brothers Home.

Orang-orang yang selamat dari pelecehan mengerikan di pusat kesejahteraan sosial Brothers Home, mengungkapkan kisahnya kepada "101 East" Al Jazeera.

Para penyintas menyuarakan tuntutannya agar anggota keluarga yang mengoperasikan tempat penampungan, yang terkenal di Korea Selatan beroperasi dari 1976 hingga 1987, diekstradisi dari Australia untuk diinterogasi.

Baca juga: Ruang Budak Ditemukan di Pompeii, Ungkap Sulitnya Hidup Warga Miskin 2.000 Tahun Lalu

Kesaksian penyintas

Park Soon-hee (51 tahun), adalah seorang penyintas pelecehan Brothers Home yang sedang menunggu untuk dipanggil untuk menyampaikan bukti.

Seperti ribuan mantan tahanan ilegal Bother Home, dia menuduh ditahan secara ilegal, diperbudak, diperkosa dan dipukuli secara brutal selama enam tahun terpenjara di rumah itu.

"Lihat ini ... Brother Home menorehkan otoritasnya pada tulang dan ingatan kita," seru Park Soon-hee sambil menangis, dengan tangan yang gemetar memegang pakaian dalamnya saat anak-anak.

Di bagian bawah pakaian tersebut, tercetak tinta hitam nomor identifikasi. Itu diberikan kepadanya ketika dibawa secara paksa ke fasilitas kesejahteraan sosial tersebut pada 1980. Saat itu, dia baru berusia 10 tahun.

“Saya tidak melakukan kejahatan, tetapi mengapa saya diberi nomor identifikasi? Trauma dan stigma ini akan tetap bersama saya sampai saya mati.”

Baca juga: Taliban Minta Daftar Gadis dan Janda untuk Dinikahi sebagai Budak

Apa itu Brothers Home?

Brothers Home beroperasi di bawah peraturan pemerintah Korea Selatan untuk “memurnikan jalan-jalan”, yang dikenal dengan nama No. 410.

Pertama kali diterapkan pada 1975, program “pemurnian” itu diperketat pada 1980-an. Tepatnya di bawah pemerintahan otoriter dari Presiden Korea Selatan Chun Doo-hwan, yang sekarang dicela di negaranya sendiri.

“Negeri Ginseng” ketika itu bersiap menjadi tuan rumah Asian Games 1986 dan Olimpiade Seoul 1988. Pemerintahan Chun ingin menunjukkan negara itu sebagai kekuatan ekonomi modern yang baru muncul dan ingin semua "gelandangan" disingkirkan.

Brothers Home menjadi salah satu dari lusinan fasilitas kesejahteraan sosial yang tersebar di seluruh negeri, yang mendapat subsidi dari pemerintah untuk menampung para tunawisma.
NATALIEREVOLTS via TWITTER Brothers Home menjadi salah satu dari lusinan fasilitas kesejahteraan sosial yang tersebar di seluruh negeri, yang mendapat subsidi dari pemerintah untuk menampung para tunawisma.

Brothers Home menjadi salah satu dari lusinan fasilitas kesejahteraan sosial yang tersebar di seluruh negeri. Pengelola mendapat subsidi dari pemerintah untuk menampung para tunawisma.

Fasilitas yang berbasis di kota Busan ini, awalnya untuk memberikan pelatihan berbasis keterampilan kepada tahanan. Setelah satu tahun, mereka diharap lebih siap bertahan hidup kembali dalam masyarakat.

Brothers Home adalah yang terbesar dari fasilitas semacam itu di Korea Selatan. Pada puncaknya, penampungan ini memiliki hampir 3.500 tahanan.

Baca juga: Korea Utara Sebut Grup Band K-pop Seperti Budak yang Dicuri Tubuh, Pikiran, dan Jiwa Mereka

Dalam sebuah film 1981, pemerintah Korea Selatan merayakannya sebagai pusat kesejahteraan sosial yang patut dicontoh bagi para tunawisma. Tetapi tembok betonnya yang tinggi menyembunyikan keserakahan dan kriminalitas yang luar biasa dari pengelolanya.

Masalahnya, semakin banyak orang yang mereka terima, semakin banyak subsidi yang akan digelontorkan pemerintah. Artinya, semakin banyak uang yang pihak pengelola kantongi untuk diri mereka sendiri.

Anggota Dewan Kota Busan terpilih, Park Min-seong, yang mendukung permintaan maaf Dewan 2018 kepada para penyintas pelecehan Brothers Home, mengakui bagaimana orang-orang diculik dengan kejam dari jalanan dan dipenjara di fasilitas itu.

“Orang-orang (para korban sebenarnya) hanya menjalani kehidupan sehari-hari mereka, orang-orang yang hanya minum, sembarang orang biasa, termasuk anak-anak”.

Kurang dari 10 persen dari mereka yang terperangkap di Brothers Home adalah gelandangan sungguhan, menurut penyelidikan 1987 oleh jaksa lokal Busan, Kim Yong-won.

Baca juga: Profesor Harvard Ini Dituntut Usai Sebut Budak Seks Korsel Era Perang Pasifik sebagai Prostitusi Sukarela

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com