Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Misteri Brother Home, Penampungan Brutal yang Simpan Rahasia Kelam Korea Selatan

Kompas.com - 27/01/2022, 22:30 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

Perbudakan manusia

Para tahanan awalnya tidur di tenda-tenda, sementara mereka dipaksa membangun fasilitas beton yang luas, bertingkat di sisi bukit yang curam.

Brother Home juga menjalankan lebih dari selusin pabrik yang memproduksi pensil, peralatan memancing, koktail, pakaian, sepatu, kayu, pengerjaan logam, dan banyak lagi.

Mantan tahanan mengatakan mereka kelaparan dan dieksploitasi tanpa malu-malu. Mereka tidak menerima apa pun atas kerja kerasnya, anak-anak pun diperbudak.

Yeon Seng-mo, yang berada di penampungan itu selama empat tahun sejak berumur 15 tahun, mengatakan tahanan dihukum jika gagal memenuhi target harian.

“Jika kami tidak menyelesaikannya, kami akan dipukul dengan tongkat baseball,” katanya di apartemen kecilnya di pinggiran Seoul.

Pabrik-pabrik disajikan sebagai tempat pelatihan bagi tahanan untuk mengembangkan keterampilan baru untuk dunia luar. Tetapi Park Min-seong mengatakan, pada kenyataannya, mereka tidak lebih dari sumber keuntungan besar bagi pengelola Brothers Home.

“Mereka (keluarga pengelola) mengantongi uang dari hasil penjualan produk tersebut, serta mendapat keuntungan dari tenaga kerja gratis,” jelasnya.

Baca juga: Adnan Oktar alias Harun Yahya, Pendakwah yang Dituduh Punya Budak Seks dan Kini Divonis 1.075 Tahun Penjara

Tangan besi Park In-keun

Park In-keun, seorang mantan anggota militer dan petinju, adalah orang yang mengepalai Brothers Home. Dia mengelola penampungan itu dengan tangan besi dan membentuk rantai komando seperti tentara, mempromosikan tahanan ke posisi kekuasaan.

“Strategi mereka adalah membuat tahanan menyiksa tahanan lain,” jelas Park Min-seong. Di dalam apa yang disebut "peleton" yang menampung hingga 120 tahanan dengan deretan ranjang susun, kekerasan merajalela.

Tahanan menjadi sasaran hukuman kolektif yang kejam yang diberikan oleh “pemimpin peleton”, bahkan untuk alasan sepele seperti menjatuhkan makanan ke lantai.

"Kami adalah mainan untuk dimainkan oleh para pemimpin peleton," ingat Choi Seung-woo yang dibawa secara paksa ke Brothers Home saat berusia 14 tahun.

Secara resmi, 551 orang meninggal di fasilitas itu, tetapi diyakini secara luas jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi.

Baca juga: Pengadilan Korea Selatan Perintahkan Jepang untuk Beri Kompensasi kepada Budak Seks Perang Dunia II

“Dibungkus” kekuasaan

Kepala Brothers Home, Park In-keun, mengelilingi dirinya dengan anggota keluarga yang setia.

Istrinya Lim Sung-soon, saudara laki-lakinya Lim Young-soon, dan saudara iparnya Joo Chong-chan. Semuanya adalah direktur rumah penampungan tersebut, dan semuanya mengaku sebagai orang beragama yang taat.

Pada 1986, desas-desus tentang orang-orang yang ditahan di luar kehendak mereka dan pembunuhan di penampungan brutal itu mulai beredar di Busan.

Kim Yong-won seorang jaksa lokal saat itu, melakukan kunjungan mendadak ke salah satu lokasi konstruksi Brothers Home, dan melihat pria dengan tongkat besar menjaga pekerja.

Tak lama kemudian Brother Home digerebek. Mata uang asing senilai 5,5 juta dollar AS (Rp 79 miliar) pada nilai hari ini, disita dari brankas di kantor utama.

Pada Januari 1987, Park In-keun ditangkap dan didakwa dengan penggelapan dan kurungan ilegal. Tapi dia akhirnya dibebaskan dari tuduhan dan tidak pernah dimintai pertanggungjawaban atas pelanggaran hak asasi manusia di Brothers Home.

Baca juga: Perempuan Berdaya: Phillis Wheatley, Seorang Budak Wanita Kulit Hitam Merdeka karena Puisi

Advokat hak asasi manusia terkemuka Korea, Park Lae-goon, dan banyak lainnya yang memeriksa kasus Brothers Home dengan cermat, menuding sekutu politik kuat Park In-keun sebagai alasan pembebasannya.

“Ada pemerintahan Presiden Chun Doo-hwan, dan Wali Kota Busan – ada hubungan dekat antara pihak-pihak tersebut,” katanya. “Bahkan ketika Park In-keun ditangkap, Wali Kota Busan menelepon dan mendorong pembebasannya.”

Halaman:
Sumber Al Jazeera
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com