LONDON, KOMPAS.com – Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menghadapi krisis terbesar sejak berkuasa 2,5 tahun lalu.
Sosok populis yang penuh kontroversi itu didesak mundur setelah meledaknya skandal pesta-pesta alkohol di Downing Street, kediaman resmi perdana menteri, ketika Inggris sedang dalam lockdown Covid-19.
Dalam pernyataan terbarunya saat sesi tanya jawab di parlemen, Rabu (19/1/2022), Boris Johnson menegaskan, dia tidak berencana mengundurkan diri.
Baca juga: 9 Skandal PM Inggris Boris Johnson dan Pejabatnya: Pesta Miras di Kantor hingga Langgar Lockdown
PM Inggris yang akrab dipanggil Boris itu memilih menunggu hasil investigasi internal yang sedang dilakukan oleh pejabat senior kabinet Sue Gray.
Pesta minuman keras (miras) bukan hanya terjadi sekali melainkan berkali-kali pada Mei 2020, perayaan Natal 2020, dan musim semi April 2021.
Memperuncing kecaman terhadap Johnson, pesta-pesta ini disebut dihadiri oleh puluhan orang. Misalnya, pada pesta kebun 20 Mei 2020 diduga ada 30-40 yang meramaikan acara.
Bahkan, pesta juga digelar sehari sebelum pemakaman Pangeran Philip, suami Ratu Elizabeth II yang wafat pada April 2021.
Ketika Ratu Elizabeth II harus duduk sendiri menjaga jarak di bangku Kastil Windsor sambil meratapi suaminya, para staf Downing Street menggelar dua pesta dengan DJ memainkan musik dansa untuk melepas keluarnya Direktur Komunikasi James Slack.
Boris Johnson kemudian meminta maaf kepada Ratu Elizabeth II setelah bocornya pesta tersebut.
Setelah mengantarkan Partai Konservatif meraih kemenangan telak pada pemilu 2019, Boris Johnson yang merupakan arsitek Brexit menjadi aset elektoral penting partai tersebut.
Popularitas Boris Johnson tinggi di mata pemilih kelas pekerja di Inggris Utara yang terpikat oleh retoriknya yang mengecam globalisasi, perdagangan bebas, dan keanggotaan Inggris di Uni Eropa.
Pemilih-pemilih ini sebelumnya adalah loyalis setia Partai Buruh.
Keberhasilannya ini membuat tidak sedikit yang meramal Johnson akan berkuasa cukup lama.
Baca juga: PM Inggris Boris Johnson Dituduh Langgar Aturan Covid-19 dengan Berpesta Saat Natal 2020
Politisi berusia 57 tahun itu juga berhasil meloloskan kesepakatan Brexit, hal yang gagal dicapai oleh pendahulunya, Theresa May.
Namun, hanya dalam 30 bulan, peruntungan politik alumnus universitas bergengsi Oxford ini berubah 180 derajat.