Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Perlu Kejar Kesiapan Ekosistem Transisi Energi pada 2022

Kompas.com - 24/12/2021, 10:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Lebih lanjut, komitmen ini perlu diterjemahkan dengan rencana implementasi yang jelas pada 2022.

Baca juga: Apakah Energi Air Punya Masa Depan?

Target belum cukup

Peneliti dan Spesialis Bahan Bakar Bersih sekaligus Penulis Utama laporan IETO 2022 Julius Christian mengatakan, memang pada 2021 sudah ada beberapa dokumen kebijakan yang dikeluarkan seperti LTS dan RUPTL.

“Namun kami menilai target-target tersebut masih jauh dari cukup untuk membatasi kenaikan suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celsius,” kata Julius

Selain itu, sambung Julis, penting untuk dilakukan perubahan terhadap beberapa regulasi seperti tarif energi terbarukan, mekanisme lelang dan pengadaan yang lebih terjadwal, dan transparan dari PLN supaya target-target tersebut dapat tercapai.

Kebijakan energi di Indonesia juga dinilai belum memberikan rasa aman bagi pengembang untuk berinvestasi di energi terbarukan.

Permen ESDM No 10/2017 menyerahkan risiko sepenuhnya kepada pengembang bila terjadi perubahan kebijakan pemerintah.

Baca juga: Uni Eropa Terpecah soal Klasifikasi Nuklir sebagai Energi Ramah Lingkungan

Peraturan ESDM No 50/2017 menyebabkan proyek energi terbarukan dipandang sebagai proyek yang sulit mendapat pendanaan dari bank.

Tidak hanya itu, Peraturan Presiden tentang tarif energi baru dan terbarukan yang urung disahkan tahun ini menyebabkan ketidakpastian dan menghambat investasi proyek energi terbarukan di Indonesia.

Berbagai kebijakan yang kurang mendukung ini berdampak pada laju investasi energi terbarukan di tahun yang tidak signifikan.

Ditinjau secara teknis dan ekonomis, secara global, baik teknologi maupun biaya energi terbarukan semakin kompetitif dalam beberapa tahun terakhir.

Hasil lelang PLTS terakhir menghasilkan biaya listrik 0,04 dollar AS per kilowatt-jam, lebih rendah dari rata-rata PLTU batubara yang menelan biaya 0,05 hingga 0,07 dollar AS per kilowatt-jam.

Saratnya subsidi dan dukungan regulasi pemerintah terhadap PLTU batubara disinyalir membuat biaya PLTU batubara rendah.

Baca juga: Biden: Dorongan Produksi Energi Fosil Tak Konsisten dengan Tujuan Iklim

Jika menggunakan harga pasar aktual, dengan harga batubara 150 dollar AS per ton (September 2021), biaya pembangkitan listrik PLTU bisa mencapai 0,09 hingga 0,11 dollar AS per kilowatt-jam.

Meskipun proyek energi terbarukan sudah semakin ekonomis, investasi energi terbarukan masih dinilai kurang atraktif.

Peneliti Senior Energi Terbarukan IESR yang juga terlibat dalam penulisan IETO 2022 Handriyanti D Puspitarini berujar, hal utama yang perlu disorot adalah tidak familiarnya bank-bank dan investor lokal terhadap risiko proyek energi terbarukan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com